KORANRIAU.co,PEKANBARU- Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan menyelenggarakan webinar internasional yang dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 11 (BLS Eps.11) dengan tema “Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan: Pembelajaran Dari Asia” pada Rabu, 11 September 2024.
Webinar Internasional secara luring diadakan
di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Rektorat Universitas Pakuan di Bogor, sedangkan
daring melalui aplikasi Zoom dan live
streaming Youtube Belantara Foundation.
Kegiatan ini berkolaborasi dengan Indonesia
Ecotourism Network (Indecon), Indonesia; Darrang
College, Assam, India; Turtle Conservation and
Research Programme, India; Borneo Eco Tours, Malaysia dan Department of Zoology Jahangirnagar University,
Bangladesh serta menggandeng lima universitas
sebagai kolaborator yang mengadakan acara “nonton dan belajar bareng” BLS
Eps.11 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas. Lima universitas
tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas,
Universitas Tanjungpura dan Universitas Nusa Bangsa.
Webinar Internasional-BLS Eps.11
diselenggarakan secara khusus dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus, Global
Tiger Day yang jatuh pada 29 Juli, World Elephant Day yang diperingati setiap
12 Agustus, dan International Orangutan Day yang jatuh pada setiap tanggal 19
Agustus serta Hari Pariwisata Sedunia yang jatuh pada 27 September.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr.
Dolly Priatna saat memberikan sambutan mengatakan bahwa tujuan utama webinar
internasional ini adalah untuk meningkatkan pemahaman stakeholders tentang makna sesungguhnya dari ekowisata satwa liar
berkelanjutan, sehingga dapat memotivasi dan menumbuhkan inspirasi peserta akan
pentingnya berpartisipasi aktif dalam mengembangkan ekowisata satwa liar
berkelanjutan di kawasan Asia khususnya di Indonesia.
“Ekowisata satwa liar seharusnya bisa
menjadi wahana untuk melibatkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,
serta sekaligus memberikan perlindungan ekologis terhadap satwa liar dan
keanekaragaman hayati lainnya”, ujar Dolly, yang menjadi salah satu narasumber
pada webinar internasional ini. “Secara tidak langsung, kegiatan ekowisata atau
wisata berkelanjutan dapat memberikan edukasi lingkungan hidup, baik kepada
pengunjung maupun masyarakat sekitar, yang sekaligus juga dapat membuka
kesempatan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan perekonomian dan kehidupan
sosialnya. Kini, ekowisata satwa liar telah menjadi bagian dalam mendukung dan
mengembangkan pembangunan berkelanjutan, di tengah semakin rusak dan kritisnya
sumber daya hayati”, imbuh Dolly, yang juga Pengajar di Sekolah Pascasarjana
Universitas Pakuan.
Rektor Universitas Pakuan, Prof.
Dr. rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU, Asean Eng., APEC Eng., pada
saat memberikan keynote speech
menjelaskan bahwa praktik ekowisata berkelanjutan di Indonesia telah
menunjukkan perkembangan positif di beberapa wilayah, namun tantangan besar
masih harus diatasi, terutama dalam hal pengawasan, infrastruktur, dan
kesadaran. Untuk memastikan bahwa ekowisata benar-benar berkelanjutan,
Indonesia perlu memperkuat regulasi, meningkatkan pendidikan lingkungan, dan
memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal dan
lingkungan secara jangka panjang.
“Dalam menghadapi berbagai
tantangan yang ada, Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam mengembangkan
ekowisata berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain melakukan penelitian
dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, kolaborasi dengan masyarakat lokal,
inovasi teknologi, monitoring dan evaluasi, penyadaran publik dan kampanye.
Dengan demikian, melalui peran-peran tersebut, perguruan tinggi tidak hanya
dapat mendukung pengembangan ekowisata berkelanjutan, tetapi juga dapat
berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal”, ujar Prof. Didik.
Sementara itu, Guru
Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Dr. Ir.
Hadi Sukadi Alikodra, MS. mengatakan bahwa pentingnya kolaborasi antarpihak
dalam mencapai tujuan dengan konsep triple
helix pada program ekowisata dan bioprospeksi hidupan liar untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Konsep tersebut menggabungkan peran
akademisi, sektor bisnis, dan pemerintah.
“Dengan melibatkan berbagai pihak, konsep triple helix dapat digunakan untuk
mencari pendekatan inovatif guna meningkatkan pengembangan dan implementasi
ekowisata dan bioprospeksi hidupan liar berkelanjutan di Indonesia. Tentu saja
butuh koordinasi yang baik, juga komitmen tinggi, dari berbagai pihak sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing,” ujar Prof. Hadi.
Pada kesempatan yang sama,
Pendiri dan Direktur Eksekutif Indecon, Drs. Ary S. Suhandi, M.Par., mengatakan
bahwa wisata satwa liar telah menjadi tren
signifikan di tingkat global yang didorong
oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap alam, konservasi, dan wisata berkelanjutan.
“Ekowisata juga dapat dimanfaatkan untuk
berkontribusi pada upaya pelestarian alam maupun budaya. Namun hal itu jika
pariwisata dikelola dengan baik dan benar. Jika tidak, maka pariwisata juga
memiliki resiko menimbulkan dampak negatif baik pada lingkungan maupun sosial
budaya. Oleh karena itu, peningkatan
kapasitas dan kesadaran masyarakat menjadi krusial didahulukan”, ujar Ary.
Turut hadir memberikan sambutan pada Webinar
Internasional – BLS Eps.11 yaitu Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.,
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Kegiatan ini juga dihadiri
oleh narasumber yang memiliki keahlian dan segudang pengalaman di bidang
ekowisata satwa liar berkelanjutan secara berurutan yaitu Albert Chin Kion Teo
dari Borneo Eco Tours, Malaysia; Prof. M. Monirul H. Khan, Ph.D., dari
Department of Zoology Jahangirnagar University, Bangladesh; dan Chittaranjan
Baruah, Ph.D., dari Darrang College, Assam, India. Kegiatan ini dimoderatori
oleh Sunarto, Ph.D., Co-Chair IUCN IdSSG.
Setelah webinar internasional - Belantara
Learning Series Eps.11, dilakukan penandatanganan kerja sama antara Universitas
Pakuan dengan Darrang College, Assam, India. Kerja sama yang ditandatangani
meliputi aspek-aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat. serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Tentang Belantara Foundation
Belantara Foundation adalah
organisasi nirlaba global yang berbasis di Indonesia yang bekerja untuk
melindungi lanskap Indonesia dengan membangun proyek keberlanjutan lokal di
daerah-daerah yang disisihkan untuk konservasi, proteksi, dan pengembangan
masyarakat berkelanjutan. Informasi lebih lengkap mengenai Belantara Foundation
dapat dilihat di www.belantara.or.id. rls
No Comment to " Ekowisata Satwa Liar Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia "