KORANRIAU.co- Amerika
Serikat disebut akan menjatuhkan sanksi ke unit militer Israel, Batalion
Netzah Yehuda, karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Tepi Barat,
Palestina.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyebut
tengah melakukan investigasi berdasarkan undang-undang terkait larangan
pengiriman bantuan militer ke unit militer asing, yang melanggar HAM.
"Saya pikir cukup adil untuk mengatakan Anda
akan segera melihat hasilnya. Saya telah membuat keputusan; Anda bisa
melihatnya dalam beberapa hari ke depan," kata Blinken, dikutip AFP.
Unit militer yang juga dikenal sebagai Nahal
Heredi ini disebut punya peraturan terkait agama yang ketat. Mereka juga punya
rekam jejak kekerasan, terutama atas warga Palestina.
Apa saja jejak keberingasan batalion Netzah Yehuda
Israel hingga dicap sebagai pelanggar HAM?
Aksi penyiksaan
Dilansir Middle East Eye, Batalion Netzah
Yehuda pada 2022 lalu memicu kemarahan publik lantaran menahan hingga menyiksa
seorang warga Palestina-Amerika berusia 80 tahun, bernama Omar Muhammad Assad.
Tak main-main, anggota Netzah Yehuda menyiksa
dengan cara menyumpal korban, dipaksa berbaring, dan ditinggalkan di pinggir
jalan hingga ditemukan meninggal dunia karena serangan jantung.
Kemudian pada Oktober 2015, sejumlah warga
Palestina di Jenis dan Tulkarm juga ditahan oleh Netzah Yehuda. Mereka
diborgol, mata ditutup, dipukuli, bahkan disetrum menggunakan elektroda.
Batalion ini juga pernah menembak seorang warga
sipil Palestina tak bersenjata di utara Ramallah pada Juni 2015. Mereka
menuding warga Palestina itu melempar bom molotov ke arah pasukan. Namun dalih
itu tidak terbukti.
Anggota batalion juga disebut menyerang dan
menahan warga Palestina dari kamp Jazalone di Ramallah, bernama Shadi
al-Ghobaishi.
Ghobaishi diserang usai mendekati para tentara,
untuk meminta mereka setop menembakkan air mata serta granat suara di dekat
rumahnya karena membuat anak-anak takut.
Penembakan warga sipil juga dilakukan ke warga
Palestina, Iyad Zakariya Hamed di dekat Silwad, pada Agustus 2016. Anggota
batalion tersebut menuduh korban menimbulkan ancaman.
Pelecehan seksual
Dilansir Middle East Eye, pada Oktober 2021
empat anggota unit Netzah Yehuda dituduh melakukan pelecehan seksual.
Empat anggota unit itu ditahan atas dugaan
pemukulan dan pelecehan seksual terhadap seorang tahanan Palestina.
Pada 2022, media 972 Magazine mengatakan meski
Israel melakukan penyelidikan atas pelanggaran HAM ini, namun penyelidikan itu
dilakukan secara asal-asalan, tidak memadai, dan sembarangan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga
telah buka suara dan mengecam rencana sanksi yang akan dilakukan Amerika
Serikat. Dia menyebut langkah itu sebagai "tindakan yang tidak masuk akal
dan bermoral rendah".
cnnindonesia/nor
No Comment to " Daftar Keberingasan Batalion Netzah Yehuda Israel "