Pernyataan Murod itu disampaikannya saat membuka Forum Group Diskusi (FGD) Exit Strategi SMPEI, Selasa (9/5/23) di Hotel Jatra Pekanbaru. Dia menyebutkan, sejak ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak bulan Oktober 2018, Provinsi Riau ditetapkan sebagai daerah intervensi kegiatan SMPEI.
"Sampai akhir kegiatan SMPEI Desember 2022, kegiatan SMPEI berjalan efektif di Provinsi Riau. Telah terbangun sebanyak 313 unit sekat kanal dari 206 unit rencana pembangunan sekat kanal yang diusulkan tahun 2018,"katanya.
Bahkan menurut perkiraan sementara sebutnya, keberadaan 313 sekat kanal tersebut telah mampu membasahi lahan gambut seluas 9.210 hektar atau 5,06 persen. Jumlah itu terdiri dari 181.854,2 hektar luas lahan gambut pada 14 desa intervensi yang tersebar di Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir
Fokus Kegiatan SMPEI di Provinsi Riau sambungnya, adalah mendukung implementasi kebijakan nasional dalam Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG). Sementara sasaran Kegiatan SMPEI adalah; Meningkatkan pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca dan lahan gambut di Provinsi Riau.
"Sementara itu tujuan kegiatan SMPEI adalah mempromosikan pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan untuk kehidupan masyarakat setempat. Kemudian mengurangi emisi akibat kebakaran gambut dan Gas Rumah Kaca,"ulasnya.
Untuk segi perencanaan terangnya, ada tiga kegiatan utama SMPEI di Provinsi Riau. Diantaranya, kegiatan pembahasan gambut melalui pembangunan sekat kanal.
"Selanjutnya, kegiatan penanaman kembali/revegetasi dengan tanaman kehutanan. Kegiatan Pemberdayaan masyarakat lokal melalui kegiatan ekonomi melalui pertanian, perkebunan dan perikanan,"terangnya.
Dijelaskan, sumber biaya kegiatan SMPEI bersumber dari Dana Hibah GEF Nomor 2000956. Hibah IFAD yang dikelola oleh CIFOR, Dana Swasta dan Dana Pemerintah Indonesia sebagai cofounding.
Murod juga menyampaikan, bahwa sampai tahun 2022, telah diselesaikan juga pengembangan kebun-kebun percontohan ataupun stimulant. Ada sebanyak 43 lokasi se luas 67,5 Hektar dan 5 unit keramba.
Pada kebun-kebun percontohan tersebut diterapkan konsep pembudidayaan tanaman tiga generasi. Maknanya tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tiga generasi.
"Generasi pertama adalah tananam sayur-sayuran sejenis kangkung, tomat, cabai atau lainnya. Pada lahan yang sama ditanam tanaman Generasi Kedua yakni berbagai varian nenas, kencur, jagung,"ulasnya.
Seterusnya, pada lahan yang sama ditanam tanaman Generasi Ketiga. Yaitu jenis tanaman keras, tanaman kehutanan atau tanaman buah-buahan, seperti pinang, jengkol, aren, jelutung, rambutan, nangka dan lainnya.
Pada 40 hari pertama diharapkan kelompok peserta telah menerima manfaat ekonomi dengan penjualan sayur-mayur. Seterusnya 5-8 bulan berikut mereka telah dapat memanen buah nenas atau jagung, sementara itu tumbuhan tanaman keras diharapkan terus akan terpelihara.
"Sampai akhir Desember 2022, telah dituntaskan juga Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, melalui kegiatan pembekalan keterampilan terjual kepada 122 Kepala keluarga. Pada 3 Jenis Komoditas melalui 13 kali Pelatihan dan Pembangunan Sarana Air Bersih pada 3 lokasi,"ungkapnya.
Rinciannya sebut Murod, Pelatihan Keterampilan Budidaya Ikan, 35 Kepala Keluarga, pada 5 Desa/Kelurahan sasaran. Pelatihan Keterampilan Budidaya Lebah Madu, 47 Kepala Keluarga pada 10 Desa/ Kelurahan Sasaran.
Selain itu, Pelatihan Keterampilan Pengolahan Bahan Makaan dan Minuman Berbahan Baku Nenas, 45 Kepala Keluarga, pada 9 Desa/Kelurahan. Terakhir, Pembangunan Sarana Air Bersih pada 3 Desa/Kelurahan.
"Meskipun pelaksanaan kegiatan SMPEI tersebut dinilai berjalan dengan lancar dan menurut evaluasi yang dilakukan pihak IFAD Tahun 2020 dan 2021 dan 2023 telah mencapai target sasaran, tentu kita tidak boleh berpuas diri dan segera meninggalkan lokasi desa/kelurahan intervensi tersebut,"paparnya.
Bagaimanapun sambungnya, sebagaimana yang dikemukakan berbagai ahli, bahwa mereka masih perlu pendampingan. Untuk itulah kita berkumpul di sini, berurun rembuk, bermusyawarah ingin mencari dan memberi yang terbaik, pasca adanya kegiatan SMPEI di Provinsi Riau.
Murod berharap, Kepala Desa, Kepala Kerlurahan, agar tetap memberi perhatian yang khusus pada desa intervensi SMPEI tersebut. Termasuk Ketua TK-PPEG teruslah berbuat mendinamisasikan kinerja kelompok.
"Jadikan peran-serta kelompok TK-PPEG sebagai ujung tombak terdepan dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan,"harapnya.
Untuk perwakilan perusahaan, dia mengajak bersama-sama mendampingi kelompok TK-PPEG ini. Merangkul dan memberikan yang terbaik bagi kelompok TK-PPEG ini.
"Sehingga mereka lebih mampu dan percaya diri dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan. Bagaimana pun masyarakat sejahtera di sekitar lokasi perusahaan, sedikit adalah tujuan kita bersama,"sebutnya.nor
No Comment to " Kadis LHK Murod: Program SMPEI Efektif di Riau "