Mahasiswa Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di University of Africa di Khartoum, Sabiq, menceritakan peluru nyasar sempat menghantam kamp tempat pelajar Indonesia berlindung. Ia mengatakan kawasan kampusnya sempat menjadi titik pertempuran sengit RSF dan militer Sudan.
Sabiq menuturkan salah satu temannya terluka akibat peluru nyasar tersebut.
"Kemarin ada peluru yang jatuh ke tempat pengungsian kita dan mengenai temansaya. Alhamdulillah dia tidak kenapa-kenapa, hanya luka ringan. Mungkin karena (peluru) sebelumnya sudah mantul ke objek lain," kata Sabiq saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (19/4).
Sabiq menuturkan beruntung kondisi temannya itu tidak parah.
"Hanya luka ringan goresan dan lebam kecil, tidak sampai tembus kulit," paparnya.
Saat ini, kata Sabiq, ada 12 mahasiswa WNI yang berlindung di kamp tersebut yang berlokasi di selatan Khartoum. Menurutnya, mahasiswa terkonsentrasi di daerah Arkaweet, Ma'muroh, dan Mujahidin.
Mahasiswa yang sudah tujuh tahun tinggal di Sudan itu juga mengatakan listrik di tempat tinggalnya dan kamp pengungsian masih padam.Ia menuturkan sebagian jaringan listrik di ibu kota padam sejak perang kota berlangsung.
Meski begitu, ia tak mengetahui pasti penyebab pemadaman itu apakah karena mengalami kerusakan imbas pertempuran atau memang pihak berwenang memutus aliran listrik agar situasi tak makin kacau.
"Jadi kami inisiatif membuat beberapa titik kumpul pengungsian supaya lebih mudah mengorganisirnya," kata Sabiq.
"WNI disini membutuhkan tempat evakuasi yang lebih layak seperti ada akses untuk listrik dan air yang lebih mudah.Untuk seperti bahan-bahan pokok sudah ada relawan dari mahasiswa yang mulai bergerak," ucapnya menambahkan.
Sabiq mengatakan ia dan para WNI lain juga menggalang dana untuk disalurkan di beberapa titik pengungsian. Hingga kini, bantuan itu terkumpul sekitar Rp30 juta. Sejak perang pecah, kata dia, banyak warga yang belum berani ke jalan umum.
"Kami di sini kesulitan untuk mencari bahan makanan pokok terutama yang berada di dalam kampus dan asrama karena harus melewati jalan besar dan banyak warung dan pusat perbelanjaan yang tutup," ujar Sabiq.
Merespons situasi itu, para WNI mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Sudan.
Sejauh ini, KBRI baru mengeluarkan imbauan agar para WNI tenang dan tetap di dalam rumah, memantau situasi dan mengupayakan bantuan logistik.
Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, menuturkan KBRI sedang bekerja sama dengan komunitas Indonesia untuk memberikan bantuan logistik kepada WNI yang membutuhkan dan menyediakan layanan hotline KBRI jika ada WNI yg mengalami situasi kegawatdaruratan.
"KBRI sudah siapkan rencana kontijensi dan jadikan gedung KBRI sebagai safe house para WNI," papar Judha saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.cnnindonesia/nor
No Comment to " WNI Terluka Kena Peluru Nyasar saat Terjebak Perang Saudara di Sudan "