KORANRIAU.co-Secara nasional, popularitas Pulau Rupat, di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau belumlah setenar pulau lain seukurannya, seperti pulau Batam apalagi Pulau Bali. Namun, potensi wisata alam pulau yang lebih dekat dengan wilayah administratif Kota Dumai tersebut cukup menjanjikan sebagai salah satu ikon wisata alam bahari di Provinsi Riau.
Sebut saja objek wisata alam Pantai Ketapang, Pantai Lapin, Pantai Pesona dan lebih menarik lagi pulau Beting Aceh dengan kelebihan objek pantai pasir putihnya, di Kecamatan Rupat Utara yang semuanya berhadapan dengan kawasan laut Selat Malaka. Itu belum lagi potensi beberapa objek wisata lainnya yang belum mulai digarap secara resmi oleh pemerintah.
Kesempatan sejumlah wartawan bersama Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Riau, Rabu Jumat, 27-29 Juli 2022 melakukan perjalanan Capacity Building pengenalan pariwisata Pulau Rupat menjadi momen sangat berharga.
Rasa suka cita pun tiba. Karena dengan demikian, akan dapat secara nyata melihat seberapa besa potensi yang ada serta faktor pendukung salah satu ikon wisata bahari di Provinsi Riau. Pagi, Rabu, 27 Juli 2022 bus rombongan meluncur mulus dari Kota Pekanbaru menuju Kota Dumai via jalan Tol Permai sejauh 131 km. Tak ada halangan menuju Pelabuhan Roro Bandar Sri Junjungan Dumai, hingga menyeberang sampai di Pelabuhan Tanjung Kapal, bagian selatan Pulau Rupat yang kami tempuh selama 4 jam dari Kota Pekanbaru.
Meski sedikit melelahkan, harapan cepat sampai di tempat peristirahatan Vila Anting Putri yang berjarak 80 kilo meter dari Pelabuhan Tanjung Kapal tersebut pupus. Karena akses jalan yang tak memadai membuat waktu perjalanan sedikit lebih lama kisaran 2,5 jam lagi. Maklum saja, hanya sebagian ruas jalan yang disemenisasi dan sebagian lagi jalan pengerasan.
Rasa suka cita itupun nyaris sirna, ketika bus pariwisata yang kami tumpangi seakan tertatih bergerak, sembari mengelak jalan rusak dan memilih badan jalan yang lebih baik. Sempat terbersit dalam ingatan penulis, "Apakah benar ada objek wisata di Pulau Rupat? Dengan akses jalan yang kurang memadai ini" sambil berpikir.
Bahkan peta satelit Google map pun tak henti penulis update, telah sampai mana perjalanan yan ditempuh dan akan ditempuh menyusuri pesisir Timur Pulau Rupat tersebut. Syukur saja say menggunakan jaringan salah satu operator seluler cukup terkenal, sehingga kelangkaan jaringan tidak begitu berarti dan Google map terus diamati sepanjang perjalanan.
Keyakinan gambaran Pulau Rupat Utara hanya memiliki spot unggulan pantai semakin menguat, seiring nyaris tidak adanya pemandangan indah sepanjang perjalanan yang terlihat, kecuali view hutan bakau."Ini benar-benar tantangan bagi pelancong, ada unsur adventure-nya, juga neeh," gumam penulis dalam hati.
Bus terus meluncur mengejar waktu hingga rembang petang. Dari kejauhan, sudah terlihat kawasa pemukiman tertata rapi, Vila Anting Putri yang kami tuju. "Alhamdulillah sampai, suguhan air kelapa muda sebagai welcome drink meluruhkan rasa penat sembari menikmati pemandangan pantai Selat Malaka di depan mata," celetukku lagi.
Jelang istirahat malam, rombongan wartawan bersama Kepala BI Perwakilan Riau Muhammad Nur dan jajaran disambut atraksi Zapin Api, Khas Rupat Utara yang disajikan Sanggar Petak Semai. Zapin Api merupakan kesenian asli Rupat Utara yang dikembangkan oleh nenek moyang bertujuan untuk memelihara kampung dan ladang dari bahaya dan bencana kebakaran, yang saat ini masih terus dilestarikan. "Tari Zapin Api ini hanya ada di Rupat Utara dan biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat, kenduri dan juga saat ini untuk menyambut tamu-tamu dan wisatawan yang datang ke Pulau Rupat," kata Ketua
Sanggar Petak Semai, Muhammad Hafiz, usai penampilan Zapin Api, Rabu (27/7/2022) malam Lanjutnya, Zapin Api dulunya bernama Tari Api yang selalu digelar khusus oleh nenek moyang di Rupat Utara setiap pesta panen untuk menjaga lahan dan kebun dari bencana kebakaran.
Uniknya, sambung Hafiz, para penari Zapin Api ini hanya orang-orang pilihan. "Orang-orang yang benar- benar jujur dan belum terpengaruh dengan hal-hal negatif, yang memang ditempa dan dijaga pikirannya dari pengaruh negatif," ungkapnya.
Segudang catatan plus minus sepanjang perjalanan menuju objek Rupat Utara inipun terkemas rapi dalam pikiranku. Tinggal saja mencurahkannya dalam tulisan ini. Malam pun menaungi, dan kamipun
beristirahat hingga menjelang pagi.
Beting Aceh Memukau
Kamis, 28 Juli 2022 pagi yang ceria, rombongan Gathering Media oleh Bank Indonesia Provinsi Riau pun bertolak menuju Pelabuhan Desa Tanjung Medang, Kecamatan Rupat Utara yang ditempuh sekitar 15 menit perjalanan darat. Soal kondisi jalan, jangan tanya, masih tetap seperti sebelumnya, yakni sebagian semenisasi yang lumayan lebar untuk mobil jika berpapasan. Di desa pelabuhan ini lebih lumayan ramainya, jika dibanding lokasi Vila kami menginap.
Dua perahu motor atau biasa disebut Speedboat telah menunggu kami, untuk diantarkan menuju pulau kecil Beting Aceh yang didominasi pantai pasir putih yang sangat luas. Beting Aceh ini masuk dalam wilayah Desa Suka Damai, Kecamatan Rupat Utara.
Kendati awalnya ada sedikit rasa cemas menaiki perahu motor ini, namun akhirnya diyakini standar pelayanan Safety First membuat kami lebih percaya diri. Sebab, jumlah pelampung disediakan sebanyak jumlah penumpang, sebagai penunjang keselamatan. "Bismillahirrahmanirrahim, ucap kami sembari berdoa keselamatan".
Lima belas menit seru-seruan di atas Speedboat, dari kejauhan, tanda keindahan Pulau Beting Aceh sudah terlihat. Sebagian kami terpana dan sebagian sibuk membidikkan kameranya, saat berlabuh di pantai pasir putih tak berpenghuni dan tak memiliki dermaga sandar tersebut.
Sejauh mata memandang, terlihat hamparan laut dan pasir putih dan hanya sekitar satu hektaran daratan yang dinaungi tumbuhan hijau. Sedangkan saat pasang, hamparan pasir putih inipun hilang tertutup air beserta ranting pohon bakau yang terdedah di hamparan pantai yang sangat menari jadi spot foto oleh pengunjung.
Sayangnya, pada pulau kecil tak berpenghuni ini tak memiliki fasilitas penunjang bagi pengunjung Hanya ada satu pondok kecil tanpa ada toilet, kamar mandi maupun tempat sampah. Bagi pengunjung juga harus membawa bekal, jika tak ingin kehausan apalagi lapar. Karena di pulau Beting yang berhadapan dengan Selat Malaka ini tidak ada orang yang berjualan makanan atau minuman.
Terkait kondisi Beting Aceh yang minim fasilitas ini, Kepala UPT Pengelolaan Pariwisata Rupat Utara, Nora mengatakan, untuk mengembangkan kawasan wisata ini pemerintah mesti mengambil alih terlebih dahulu. Sedangkan setakat ini hanya diurus secara swakelola oleh masyarakat desa setempat. Namun secara perlahan akan dikelola pemerintah melalui dinas terkait. "Cara ini agar masyarakat saling memahami," ucap Nora sembari menambahkan, saat ini upaya pengelolaan baru dimulai di objek pariwisata Pantai Lapin. Dengan demikian, lanjutnya, kita dapat mengetahui tingkat kunjungan objek wisata ini.
Sementara itu, Akademisi Pariwisata Universitas Riau Achmad Nawawi yang ikut dalam agenda Capacity Building Wartawan Provinsi Riau 2022 ini juga merasa miris. Ia mengakui di Beting Aceh ini sangat diperlukan penambahan fasilitas yang tujuannya dapat menunjang wisatawan untuk datang. Beberapa fasilitas yang perlu ditambah itu seperti toilet, gardu pandang, penambahan gazebo, dan fasilitas lainnya.
"Beting Aceh merupakan potensi terbesar yang ada di Riau untuk dikembangkan, karena lokasi ini memiliki keunikan tersendiri dan keunikannya juga sedikit langka," jelasnya. Namun lanjut Achmad Nawawi lagi, fasilitas bukan menjadi satu-satunya yang menjadi kendala dalam pengembangan Beting Aceh. Namun ada beberapa hal lainnya.
Yang pertama adalah soal aksesibilitas yang dari Pekanbaru kemudian ke Dumai, selanjutnya dari Dumai ke Rupat dan lanjut lagi menuju Rupat Utara dengan jalur darat yang memang jalannya masih belum sepenuhnya bagus."Selanjutnya jika ingin ke Beting Acehnya, harus menyewa Roro yang harganya tidak ada standar baku. Selain itu juga tak ada informasi resmi dalam pengelolaannya," terangnya.
Di sisi lain, pengelolaan Beting Aceh saat ini masih belum ada kelembagaan khusus dalam pengelolaannya. "Jadi, siapa saja yang masuk dipersilahkan tanpa ada registrasi dan lain sebagainya. Setiap pompong bisa memasukkan orang ke Beting Aceh. Dan akibatnya Beting Aceh ini numpuk sampah dan lain sebagainya," terangnya.
Di sisi lain juga kalau pengembangan ini tidak boleh dikembangkan pariwisata secara massal. Contohnya harus mengembangkan resort dan lain sebagainya. "Beting Aceh alangkah baiknya tetap dibuat secara alami, namun demikian harus tetap menambah fasilitas yang dapat menunjang wisatawan yang datang agar sedikit betah," pungkasnya.
Dukungan Bank Indonesia
Mengamati realitas terseoknya pembangan beberapa spot destinasi wisata di Riau, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Riau bersama pemerintah akan terus mendorong potensi pariwisata Riau agar terus tumbuh.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur mengatakan, tingkat perkembangan sebuah Objek wisata, ditentukan oleh tiga aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan pariwisata yang disingkat dengan 3A (atraksi atau sentuhan budaya lokal, amenitas atau fasilitas yang mendukung, serta aksesibilitas).
Sektor pariwisata Pulau Rupat ini merupakan suatu sektor yang sangat ramah terhadap lingkungan dan tak pernah habisnya. "Rupat ini adalah salah satu destinasi wisata yang bisa dikembangkan. Hasil kajian kita akan kita laporkan kepada pemerintah," ujar Kepala Kantor Bank Indonesia Muhamad Nur.
Kita, lanjut Muha mad Nur, akan terus dorong perkembangan sektor pariwisata Riau, meski setakat ini Riau memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah. Ini penting karena posisi Riau berada pada posisi strategis."Kita butuh investasi yang dapat merubah Rupat ini menjadi kawasan wisata yang layak dikunjungi,"ujar Muhamad Nur saat turut bersama dalam kegiatan Capacity Building BI Riau bersama wartawan, di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022).
Untuk merealisasikan pemantapan akses jalan, lanjut Muhamad Nur, butuh dukungan investor yang siap berinvestasi di Riau, khususnya Pulau Rupat. Dukungan pemerintah juga sangat diharapkan dalam hal lainnya seperti soal lahan, perizinan.Selain dukungan kajian ilmiah, Bank Indonesia sebelumnya juga akan terus mengembangkan program
Pokdarwis (Kelompok sadar wisata). BI mendukung dalam bentuk memberikan bantuan bantuan, sehingga Pokdarwis ini bisa berperan dalam pengembangan pariwisata."Kita sudah mulai memberikan bantuan itu kira kira sejak dua bulan lalu," jelasnya, sembari menambahkan, kita butuh investor untuk kembangkan destinasi wisata di Pulau Rupat ini.
Diharapkannya kedepan, agar ada intensitas koordinasi, komunikasi dengan pemerintah sesuai
kewenangannya Harapan Bank Indonesia ini tentunya sesuai kajian yang telah dilakukan, yakni menggeliatnya sektor
wisata sekaligus turut mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan pulau terluar dan terdepan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya pertumbuhan Ekonomi wilayah Provinsi Riau. Semakin tinggi aktivitas masyarakat, semakin menggeliat pula putaran roda perekonomian setempat.
Sebagai gambaran, setakat ini akses jalan menuju objek wisata Pulau Rupat dapat dikatakan jauh dari
layak. Waktu dan jarak tempuh dari Kota Pekanbaru saja dapat mencapai 7,5 jam, itupun masih terbantu
waktu tempuh akses Pekanbaru Dumai via Tol sepanjang 131 kilometer yang hanya ditempuh 2,5 jam
saja.***
Oleh: Ridwan Alkalam, Pemimpin Redaksi Koran Riau
No Comment to " Pesona Beting Aceh Geliatkan Wisata Pulau Rupat "