• Reposisi dan Transformasi Lemhannas

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Selasa, 08 Maret 2022
    A- A+

     



    KORANRIAU.co-Langkah kaki lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi fedora yang senantiasa menemaninya itu terlihat sigap memasuki kelas. Lelaki tersebut meletakkan topinya di atas meja, menatap dengan mantap ke seluruh mahasiswa yang sudah tidak sabar menanti kehadirannya. Bagi mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan), khususnya kelas Peperangan Asimetris, sosok Andi Widjajanto tentu tidak asing lagi. Sebagai dosen yang mengasuh beberapa mata kuliah di Unhan, Andi termasuk salah satu dosen idola. Kemampuan akademik yang bagus, ditunjang dengan analisis yang tajam serta informasi informasi terbaru, menjadi ciri khas Andi dalam mengajar.


    Pernah menjadi Sekretaris Kabinet pada 2014-2015, kemudian sebagai Penasihat Senior Kepala Staf Kepresidenan, Andi Widjajanto kembali dipercaya Presiden Joko Widodo, kali ini untuk memimpin Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) sebagai Gubernur ke-17 dan resmi dilantik pada 21 Februari lalu.


    Lemhannas merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Di lembaga inilah Andi Widjajanto menjabat sebagai Gubernur menggantikan Gubernur sebelumnya Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo.


    Meskipun seorang sipil, Andi sendiri tidak asing dengan di lingkungan militer. Terlahir dari anak seorang tentara, Andi kecil sudah mengerti kehidupan militer yang disiplin dan tegas. Untuk diketahui, Lemhannas sejak berdiri sampai dengan sekarang sudah pernah dipimpin oleh Gubernur dari kalangan sipil. Tercatat ada 3 Gubernur dari sipil sebelumnya, yakni Ermaya Suradinata, Muladi, dan Budi Soesilo Soepandji.


    Reposisi


    Sebagai lembaga yang fungsi nomor satunya adalah penyelenggaraan pendidikan dan penyiapan kader pemimpin tingkat nasional, Lemhannas dituntut untuk bisa menjadi kawah candradimuka yang menggodok dan menempa calon-calon pemimpin nasional baik dari kalangan sipil maupun militer. Kajian0kajian stratejik nasional, regional, dan internasional adalah menu wajib bagi para peserta kursus yang sedang belajar di lembaga ini.


    Pada awal berdirinya, Lemhannas diharapkan oleh Presiden Sukarno; menekankan bahwa kegiatan pertahanan nasional harus menyertakan segenap unsur-unsur rakyat Indonesia. Dalam amanat bertemakan Susunlah Pertahanan Nasional Bersendikan Karakter Bangsa, Presiden Sukarno juga menjelaskan arti kata "Nasional" dalam Lembaga Pertahanan Nasional, yakni pertahanan bagi seluruh Tanah Air, seluruh natie, seluruh bangsa. Kita punya pertahanan, cara pertahanan sendiri....


    Seiring berkembangnya gagasan dan konsepsi tentang Ketahanan Nasional pada akhir 1960-an yang merujuk pada kondisi dan situasi Indonesia pada saat itu, daya tahan dan keuletan bangsa Indonesia diuji oleh banyak peristiwa. Secara teori Ketahanan Nasional dalam terminologi Barat dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional). Teori national power telah banyak dikembangkan oleh para ilmuwan dari berbagai negara. Hans J Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation menjelaskan tentang apa yang disebutnya sebagai "The elements of National Powers" --beberapa unsur yang harus dipenuhi suatu negara agar memiliki kekuatan nasional.


    Secara konsepsional, penerapan teori tersebut di setiap negara berbeda, karena terkait dengan dinamika lingkungan strategis, kondisi sosio kultural, dan aspek lainnya, sehingga pendekatan yang digunakan setiap negara juga berbeda. Demikian pula halnya dengan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yang unsur-unsurnya mencakup Asta Gatra dan pendekatannya menggunakan Pendekatan Asta Gatra. Dari sini terlihat jelas bahwa konsep Ketahanan Nasional (National Resillience) dapat dibedakan dengan konsepsi Kekuatan Nasional (National Power).


    Melalui Keppres RI Nomor 4 tahun 1994 tentang Lembaga Ketahanan Nasional, Lemhannas bereposisi dari Lembaga Pertahanan menjadi Lembaga Ketahanan. Meskipun tidak mengubah tugas pokok dan fungsi, perubahan ini lebih pada tuntutan peningkatan peran dan fungsi, mengingat kondisi dinamis Indonesia yang begitu cepat dalam mengantisipasi, menghadapi, dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan baik dari dalam maupun dari luar yang mencoba mengganggu keutuhan bangsa.


    Transformasi


    Menjadi pilihan Presiden untuk memimpin lembaga sebesar Lemhannas merupakan sebuah tanggung jawab besar yang saat ini dipikul Andi Widjajanto. Bisa dipastikan bahwa pilihan ini memiliki pesan yang mendalam. Presiden Joko Widodo berarti mengakui bahwa sosok Andi Widjajanto adalah orang yang memiliki kemampuan serta kualitas yang mumpuni. Dengan kemampuan manajerial yang baik, gubernur baru ini dituntut memiliki terobosan-terobosan baru yang membuat Lemhannas bisa memberikan kemanfaatan lebih bagi rakyat dibandingkan dari masa-masa sebelumnya.


    Lemhannas jangan hanya hadir di ruang ruang kelas, hanya ada di ruang diskusi dan seminar semata. Namun juga harus mampu hadir sebagai pemberi solusi strategis bagi Presiden dalam mengatasi masalah secara cepat dan tepat.


    Situasi geopolitik abad ke-21 menjadi bahan kajian yang sangat strategis. Bagaimanapun pada era modern ini suatu negara harus bisa menjadi actor dalam sebuah tema (geopolitik) global yang mulai bergeser dari hegemoni corporate supremacy yang di-remote oleh non-state actors, kembali ke state supremacy yang diawaki state actor atau aktor negara. Perubahan ini bukan berarti kapitalisme digantikan komunisme. Tetapi, negara kembali berperan sebagai prasarana atau alat utama bangsa dalam rangka menggapai tujuan dan cita-cita.


    Kondisi pandemi Covid yang sampai saat ini belum selesai, konflik Rusia-Ukraina, sampai kelangkaan minyak goreng di Indonesia adalah contoh rentetan keadaan yang dalam pandangan saya merupakan suatu kondisi anomali yang "tercipta" dengan tujuan tertentu oleh pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan di tengah penderitaan yang terjadi. Negara tentu saja hadir untuk mengatasi kondisi tersebut, dan untuk itulah masukan dari lembaga-lembaga negara yang ada termasuk Lemhannas sangat dibutuhkan.


    Andi Widjajanto dalam sambutan pertamanya setelah dilantik menyampaikan arahan Presiden agar melakukan penguatan transformasi Lemhannas, sehingga sesuai dengan tantangan geopolitik abad ke-21. "Lemhannas RI bisa menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan untuk mencetak kepemimpinan nasional serta menjadi dapur kajian strategis bagi presiden untuk isu-isu lokal, regional, dan global, serta Lemhannas menjalankan fungsinya untuk melakukan pemantapan nilai-nilai kebangsaan."


    Tentu saja pernyataan ini sangat menarik untuk dicermati. Ketajaman analisis dan kemampuan Gubernur Lemhannas inilah yang diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk bisa menjawab keinginan Presiden dalam hal penguatan transformasi Lemhannas ke depan.


    Saya teringat dengan cerita seorang mahasiswa Unhan mengenai argumen-argumen cerdas Andi Widjajanto saat menjawab aneka pertanyaan dari mahasiswa di kelas Peperangan Asimetris pada 2017-2019, begitu juga saat Andi menjadi ahli pemerintah dalam uji materi UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) terkait komponen cadangan (komcad) --kemampuan argumentasi dan analisisnya dalam menganalisis China melakukan rencana strategis selama 70 tahun lebih. Mari kita tunggu bagaimana kiprah dan strategi baru transformasi Lemhannas yang akan dijalankan oleh Gubernur Andi Wijdjajanto nantinya.


    Oleh: Ilham Prasetyo Gultom, S.H, M.Han (advokat, pemerhati pertahanan)


    Subjects:

    Kolom
  • No Comment to " Reposisi dan Transformasi Lemhannas "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com