KORANRIAU.co,PEKANBARU- Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Riau berhasil melakukan rehabilitasi tanaman mangrove di sejumlah kabupaten wilayah pesisir.
Kepala DKP Riau Herman Mahmud mengatakan, puluhan ribu bibit mangrove yang ditanam sejak tahun 2017 lalu, kini berhasil tumbuh subur. Bahkan mangrove yang kini berusia 3-4 tahun ini, tetap hidup sebanyak 70 hingga 97 persen dari puluhan ribu jumlah bibit yang ditanam.
"Alhamdulillah, program rehabilitasi mangrove DKP Riau yang kita mulai sejak tahun 2017 lalu itu berhasil. Puluhan ribu bibit mangrove berbagai jenis yang kita tanam itu, kini 75 persen kondisi tumbuh subur. Bahkan ada disatu daerah itu, 97 persen batang mangrove-nya masih hidup,"tegas Herman, Kamis (30/9/21) di Pekanbaru.
Herman memaparkan, pihaknya memulai program ini sejak 2017 dan 2018 di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Diwilayah itu, ditanam sedikitnya 30.100 batang mangrove yang hingga kini 75 persen masih hidup.
"Selanjutnya, tahun 2018 kami menanam mangrove di Desa Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sebanyak 16.000 batang. Dari jumlah itu, 70 persen mangrove masih hidup dan tumbuh subur,"jelasnya.
Kemudian di tahun yang sama lanjut Herman, DKP Riau juga menanam bibi mangrove di Desa Sapat, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 16.000 batang. Dari jumlah itu, 97 persen masih tetap hidup dan bahkan kini tingginya mencapai 1 meter.
Terakhir sambung Herman, baru-baru ini pihaknya menanam bibit mangrove di Pesisir pantai Desa Teluk Papal, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis. Sedikitnya, ada 14.876 batang bibit mangrove yang ditanam.
"Program rehabilitas mangrove ini sejalan dengan visi-misi Pak Gubernur. Terutama dalam mewujudkan Riau Green,"ulasnya.
Herman mengakui pihaknya memilik trik khusus agar penanaman bibit mangrove ini berhasil. Diantaranya melibat masyarakat setempat melalui Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), dalam penanaman mangrove secara swakelola.
"Kami bahkan membuat komitmen dengan kepala desa dan masyarakat setempat, agar mereka benar-benar serius dalam melaksanakan program ini. Kalau mereka tidak serius dalam memelihara dan mengawasi mangrove itu, akibatnya desa mereka juga yang terkena imbasnya,"sebut Herman.
Teknik lainnya kata Herman, pihaknya dalam menentukan lokasi yang ditanam mangrive itu harus berdasarkan perhitungan skoring yang matang. Artinya, tidak semua desa yang mengajukan permohonan penanaman mangrive bisa dikabulkan.
"Setidaknya, desa itu harus memiliki alat pemecah ombak atau sabuk pantai. Kemudian, memiliki tempat pembibitan mangrove,"ungkapnya.
Selain itu lanjutnya, jenis bibit mangrove yang ditanam harus sesuai dengan kondisi lingkungan. Tidak hanya itu, bibit mangrove yang ditanam memiliki ukuran 3-5 daun dan ditanam dengan jarak 1 x 1 meter atau 2 x 1 meter setiap batangnya.
Dia juga menyampaikan beberapa kendala di lapangan dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove itu. Misalnya, masih luas terjadinya abrasi, belum maksimalnya pembangunan sabuk pantai, kondisi alam dan lainnya.
Pada kesempatan itu, Herman juga menyampaikan manfaat rehabilitas mangrove ini bagi lingkungan. Selain mencegah abrasi, tanaman mangrive bermanfaat bagi biota laut seperti ikan, ketam, siput dan lainnya.
"Mangrove juga penyumbang udara bersih terbesar didunia. Kemudian berpotensi ekonomi, yang dapat dimanfaatkjan sebagai mata pencaharian dan manfaat lainnya,"tutur Herman.
Ke depannya kata Herman, DKP Riau rencananya akan melakukan penanaman mangrove di Desa Tanah Merah, Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis dan wilayah pesisir lainnya.nor
No Comment to " DKP Riau Sukses Rehabilitasi Mangrove di Daerah Pesisir "