KORANRIAU.co-Dua kali Taliban menang perang. Kini kelompok tersebut memegang kekuasaan di Afghanistan. Apakah ia mampu melakukan sesuatu yang lain, selain berperang?
Taliban sebenarnya entitas yang relatif muda dalam sejarah Afghanistan. Saat negeri itu diinvasi oleh Uni Sovyet pada 1979, kita mengenal mujahidin sebagai kelompok yang gigih melawan. Selama belasan tahun perlawanan dilakukan oleh mujahidin. Taliban lahir justru setelah tentara Uni Sovyet dikalahkan. Ia kemudian menjadi kelompok yang bermain dalam perang saudara di Afghanistan sejak 1992.
Dari perang saudara itu Taliban tumbuh besar, kemudian menjadi penguasa di Afghanistan. Taliban memerintah dengan sistem pemerintahan yang bengis dan tidak ramah. Perempuan-perempuan dilarang keluar rumah. Yang boleh keluar harus memakai burqa, pakaian yang menutup seluruh tubuh perempuan, termasuk bagian matanya.
Salah satu tindakan Talian yang membuat dunia terperangah adalah mereka menghancurkan patung-patung di Bamiyan. Situs yang sudah berusia belasan abad dan merupakan kekayaan budaya yang dilindungi PBB itu diledakkan. Taliban membuat rekaman video peledakan, dan menyiarkannya kepada dunia.
Melalui berbagai tindak-tanduknya itu Taliban sedang mengirimkan pesan kepada dunia, bahwa mereka adalah kekuatan yang sangat berbeda dari berbagai kekuatan Islam yang pernah dikenal dunia modern. Taliban juga mengirim pesan bahwa mereka adalah penguasa Afghanistan.
Kekuasaan Taliban waktu itu tak panjang umurnya. Karena peristiwa 9 September yang meruntuhkan dua gedung penting di New York, Amerika mengamuk. Gerombolan Al-Qaidah yang dianggap pelaku teror itu diserang oleh Amerika sebagai tindakan balas dendam. Al-Qaidah bermarkas di Afghanistan. Amerika mengirim tentara ke sana untuk menghancurkannya.
Sejak diduduki Amerika, Taliban menyingkir ke gunung-gunung, melakukan perlawanan gerilya. Perang Amerika melawan terorisme itu menjadi perang yang berkepanjangan. Bebannya makin bertambah setelah Irak juga dijadikan target untuk diserang dan diduduki. Menguasai dua wilayah konflik sekaligus bukanlah perkara mudah, baik secara militer maupun ekonomi.
Dalam rumusan rencana awal, Amerika akan mendudukkan pemerintah baru yang modern, dan tentu saja mau patuh dengan keinginan Amerika. Harapannya, pemerintah itu akan tumbuh menjadi kuat, termasuk sanggup melindungi diri mereka dengan angkatan bersenjata yang kuat pula.
Sayangnya impian itu tak terwujud. Baik di Afghanistan maupun Irak tak terbentuk pemerintahan yang kokoh. Yang ada hanyalah pemerintahan boneka yang manja dan korup. Irak bahkan sempat dikuasai oleh kelompok bengis yang lain, yaitu ISIS. Amerika kemudian menjadi terlalu lelah, dan menarik diri dari Afghanistan.
Kita harus jujur mengakui bahwa Amerika adalah imperialis penjajah. Dari sudut pandang itu, Taliban adalah pejuang kemerdekaan untuk negerinya sendiri. Tapi pada saat yang sama Taliban adalah penjajah di tanah mereka sendiri. Sistem yang mereka jalankan adalah sistem yang merampas kemerdekaan manusia.
Akan ke mana Taliban membawa Afghanistan? Kita belum tahu. Tapi hal terpenting yang bisa kita catat adalah bahwa Taliban belum menunjukkan suatu kemampuan lain selain berperang. Mereka memang telah dua kali memenangkan perang yang panjang. Tapi yang dibutuhkan Afghanistan bukan sekadar menang perang.
Bagaimana Afghanistan akan dibangun setelah ini? China sudah merapat tepat saat Amerika menarik diri. Dengan kekuatannya sebagai raksasa ekonomi dunia, China bisa membawa uang dalam jumlah besar untuk Afghanistan. Mungkin tak lama lagi kita akan melihat proyek-proyek infrastruktur yang dimodali oleh China di sana. Tapi apakah itu akan membawa Afghanistan menjadi sebuah negara yang berbeda?
Jawabannya akan sangat tergantung pada kemampuan Taliban mengelola pemerintahan. Kali ini yang dibutuhkan oleh Afghanistan adalah pemerintahan yang membangun. Membangun adalah kemampuan yang selama ini tidak pernah ditunjukkan oleh Taliban.
Ringkasnya, kalau Taliban masih fokus dengan soal-soal yang selama ini mereka pamerkan kepada dunia, Afghanistan tidak akan bergerak maju. Negara itu hanya akan terus menjadi negara terbelakang.
Oleh: Hasanudin Abdurakhman /detikcom
No Comment to " Akan ke Mana Taliban Membawa Afghanistan? "