KORANRIAU.co-Dalam tafsir Alquran, Asyamil, hal 1042, diterangkan soal ghuluw dan ithra dalam beragama. Kedua sikap ini penting agar tetap bisa menjaga hati dan diri agar tidak terjebak dalam perilaku serba ekstrim.
Ghuluw artinya melampaui batas. Disebut ghala-yaqlu-ghuluwan jika ia (seseorang) melampaui batas. Allah pun berfirman:
"Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu." (QS Annisa, 4:171).
Rasullah saw bersabda:"jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang beriman sebelum kalian."
Salah satu penyebab seorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang saleh atau dianggap wali hingga mereka minta dan berdoa kepadanya, padahal ini adalah perbuatan 'syirik akbar'.
Yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi Muhammad saw adalah melampui batas dalam menyanjungnya sehingga mengangkat di atas derajatnya sebagai hamba dan rasul (utusan) Allah, menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat illahiyah, bersumpah dengan nama beliau sebagai bentuk 'ubudiyyah' kepada selain Allah Swt. Perbuatan ini adalah syirik.
Ithra'
Ithra' artinya melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam memuji serta berbohong karenanya. Yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi Muhammad saw adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:" Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang nasrani telah berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya maka katakanlah, 'Abdullaah wa rasuulihi (hamba Allah dan Rasul-nya).
Karenam sifatilah aku sebagaimana Rabb-ku memberi sifat kepadaku maka katakanlah,"Hamba Allah dan rasul (utusan)-Nya."republika/nor
No Comment to " Jauhi Ghuluw dan Ithra Dalam Beragama "