KORANRIAU.co-Survei Indikator Politik Indonesia menyebut menyebut vaksinasi yang dilakukan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tak terlalu meyakinkan penduduk. Oleh karena itulah, sebagian besar dari mereka belum yakin untuk ikut dalam vaksinasi Covid-19.
Dari survei pihaknya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyampaikan jumlah orang yang bersedia divaksin hanya naik 2 persen setelah Jokowi ikut disuntik vaksin.
"Efek Presiden Jokowi ada, tapi efeknya cuma 2 persen menurunkan mereka yang awalnya tidak bersedia menjadi bersedia," kata Burhanuddin dalam jumpa pers daring, Minggu (21/2).
Pada Desember 2020, jumlah orang yang enggan divaksin mencapai sekitar 43 persen. Pada bulan ini, jumlah itu menurun ke angka sekitar 41 persen.
Secara rinci, Indikator mencatat 32,1 persen responden kurang bersedia divaksin, sedangkan 8,9 persen sangat tidak bersedia. Adapun orang yang menyatakan bersedia divaksin total 54,9 persen.
Burhanuddin menyampaikan hasil survei ini harus jadi catatan bagi pemerintah. Meski jumlah orang yang bersedia divaksin mayoritas, tapi tidak memenuhi standar kekebalan kelompok atau herd immunity 70 persen populasi.
"Bagaimanapun tujuan vaksin untuk herd immunity jadi enggak tercapai kalau 4 dari 10 orang enggak bersedia," tutur Burhanuddin.
Indikator melakukan survei ini pada 1-3 Februari 2021. Sebanyak1.200 orang responden di 34 provinsi dilibatkan dalam survei ini.
Indikator menerapkan margin of error ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sebelumnya, pemerintah memulai vaksinasi massal pada 13 Januari 2021. Presiden Jokowi jadi orang pertama yang menerima suntikan vaksin covid-19.
Selain Jokowi, ada sejumlah menteri yang ikut vaksinasi perdana. Pemerintah juga melibatkan selebritas seperti Raffi Ahmad dalam vaksinasi massal.
Saat ini, pemerintah telah memulai proses vaksinasi Covid-19 tahap II yang menyasar pelayan publik, pedagang pasar, hingga lansia.cnnindonesia/nor
No Comment to " Survei Indikator, Suntik Vaksin Jokowi Belum Yakinkan Warga "