KORANRIAU.co-Pembaca yang kreatif, apa sebenarnya tujuan orang melakukan negosiasi? Negosiasi itu banyak dilakukan dalam kegiatan bisnis dan capaian pekerjaan. Bahkan dalam melamar seseorang terkadang negosiasi itu digunakan.
Negosiasi itu jalan tercapainya kesepakatan. Seperti saya oke dan Anda oke. Tujuannya bisa secara substansial, yaitu fokus pada hasil negosiasinya. Jadi bagaimanapun cara yang dilakukan, hasil menjadi penilaian utama. Makanya pada meeting rutin dalam tim marketing, staf yang memiliki success story diminta berbagi pengalamannya sehingga bisa menjual produk sesuai target bahkan melebihi target.
Tujuan kedua fokus pada prosesnya. Mungkin hasilnya belum didapatkan saat ini. Namun kita mendapatkan hubungan baik dari perjumpaan selama ini dan harapan bisa menjadi relasinya.
Mungkin kita perlu memberi terlebih dahulu sebelum menerima. Memberikan support dan memperkuat kegiatan seperti membantu dokumentasi atau publikasi lebih luas di media. Bisa juga mengenalkan seseorang yang bisa meringankan pekerjaannya.
Salah satu kedekatan adalah memberikan atau melakukan sesuatu yang emosional yang memberikan kesan mendalam. Pertanyaan yang sering saya temui dari para senior marketer kepada saya adalah: "Apa yang bisa saya bantu?".
Tidak hanya sekedar menawarkan apa yang Anda mau jual, namun juga memberikan ide inspiratif yang belum terpikir. Bisa juga kita mencoba menjadi gerbong epos (energi positif). Adanya kita dapat menjadi sumber solusi (rezeki) bagi orang lain. Saya yakin hubungan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, tinggal Anda menunggu waktunya.
Pembaca yang kreatif, Anda sudah mengetahui bahwa dalam pandangan negosiasi, hasil itu bisa menang-kalah (win-lose) atau menang-menang (win-win). Walaupun salah seorang teman kantor bahkan juga salah satu peserta dalam pelatihan yang saya pernah isi mengatakan tidak ada itu hasil win-win.
Dalam pandangannya yang ada hanyalah win-lose. Mereka (klien) harus bayar/beli. Terlepas dari apa pun itu pandangan saya suatu saat nanti akan terjadi win-win. Yaitu ketika ego sudah mengendur, maka kebaikan yang akan selalu muncul.
Pembaca yang kreatif, untuk mencapai kesepakatan terkadang seorang negosiator memiliki error dalam komunikasi. Sikap over confident (percaya diri berlebihan) dalam proses negosiasi. Bahkan merambat kepada kesombongan.
Perlu diingat tidak semua gaya komunikasi orang yang anda temui sama. Tidak semua orang mau menerima sikap percaya diri yang berlebihan walaupun Anda sudah punya banyak pengalaman.
Perlu disamakan pandangan Anda dan klien.Kalau bisa cobalah dengarkan dan pahami yang ada dalam pemikirannya. Dari situ anda bisa tahu harus mulai dari mana.
Pandangan menarik dari teman saya Lutfi Zein, seorang inspirator dan marketer handal yang berkali-kali mendapatkan penghargaan sebagai sales terbaik di sebuah perusahaan telekomunikasi besar.
Saya pernah bertanya apa yang dilakukannya? "Simpel, saya ingin menjadi temannya. Ketika bertemu calon klien sering sekali yang muncul adalah obrolan santai. Solusi dari persoalan, mendengar aktif, dan tidak buru-buru jualan produk. Bahkan yang terjadi adalah klien yang sudah menjadi teman (sahabat) itu sering sekali justru bertanya: Mas Lutfi, Anda punya produk baru apa?" ujarnya. Pembaca yang kreatif, jadikan klien sebagai sahabat Anda. Sehat dan sukses selalu.
Oleh: Erik Hadi Saputra/Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta
No Comment to " Error Seorang Negosiator "