• Konglomerat, Pemerintah, dan Keberpihakan

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Minggu, 01 Maret 2020
    A- A+

    KORANRIAU.co-“Saya titip satu saja kepada Bapak/Ibu sekalian, saatnya kita kolaborasi dengan pengusaha kecil dan menengah. Bapak/Ibu harus menggandeng mereka, karena dengan seperti itulah semangat gotong royong akan hadir dan mengurangi kesenjangan yang terjadi”

    Begitulah seorang Bahlil Lahadalia menutup sesi bincang-bincang investasi di hadapan ratusan pengusaha besar pagi kemarin. Dia hadir di tengah hamparan bangunan gedung, jalan, dan segala fasilitas lain yang mulai terbangun di Pantai Indah Kapuk.

    Para konglomerat ini dengan sangat antusias bertanya bagaimana agar segala investasi yang ingin dilakukan peroleh insentif dan dukungan oleh pemerintah. Tentu saja dengan lugas, Bahlil selalu memberi jawaban yang memuaskan mereka.

    Tak terhitung decak kagum dan aplaus diberikan mereka setiap kali Bahlil merespon pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Sesekali mereka berbisik, kemudahan seperti ini yang kita butuhkan.

    ...

    Tengah malam sebelumnya, saya peroleh pesan dari Bendum HIPMI Cici Hilda agar merapat ke acara “Support PINK - Run 4 Cancer” besok hari. Infonya Menteri BKPM hadir, "Kalau abang menteri ada ya kita temenin," tutupnya.

    Setelah cuaca tak begitu ramah pagi itu, iring-iringan mobil seketika berbelok menuju ke sebuah gedung pertemuan di mana ratusan konglomerat telah menunggu. Agenda peresmian jembatan yang semula menjadi rencana, dipindahkan dan langsung ke acara selanjutnya “Bincang-Bincang Investasi Bersama Bpk Bahlil Lahadalia, SE (kepala BKPM)”.

    Saya mendengar dari awal acara tersebut, mulai dibuka hingga ditutup oleh moderator Evelina Setiawan. Sahut menyahut antara para konglomerat dengan seorang anak kampung dari Papua, di antaranya tentu saja ramai gelak tawa dan tepuk tangan.

    Tampak mulai dari pemilik Agung Sedayu, Lippo, Advan, Krisna, Ace Hardware, dan banyak merk terkemuka lainnya. Selama ini saya sendiri hanya sekedar mendengar nama-nama besarnya, sesekali mampir menyaksikan langsung kemewahan gedung-gedungnya.

    Anak kampung dari Papua itu meski tak sendiri (termasuk saya, Bendum HIPMI, Bang Wisnu, Bang Rizal, dan Bang Umar), datang bersama beberapa staf yang menemaninya. Seperti kisah David dan Goliath, Ia tak gentar sedikitpun.

    Nyalinya menyeruak, penuh percaya diri berhadapan dengan konglomerat-konglomerat tersebut. Ke-pede-an ini tentu saja ia peroleh karena jam terbangnya yang panjang, mulai dari bawah hingga kini berada di posisi penting di Republik ini.

    Berkali-kali saya mengutip dari World Economic Forum tentang sepuluh skill yang dibutuhkan di masa depan adalah complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgement and decision making, service orientation, negotiation, & cognitive flexibility.

    Skill ini lengkap dimiliki Bahlil, meski ia tak sekolah di kampus ternama, tapi ia menempa dirinya di dua kawah candradimuka terbaik, HMI, dan HIPMI. Keberaniannya dalam bersikap dan keuletannya dalam bekerja menunjukkan tempaan demi tempaan yang dihadapi selama ini tidak sia-sia.

    Bahlil anak kampung dari Papua (meski berdarah Maluku dan Sultra, tapi karena ia besar dan menjadi seperti sekarang karena berjuang dari Papua) adalah sosok yang menginspirasi jutaan anak muda. Kehadirannya dalam langgam kekuasaan memberi warna sendiri.

    Hal inilah yang menurut saya, mampu membuat Presiden Jokowi memberi kewenangan yang besar kepada Bahlil. Yang teranyar adalah Perpres No. 24 tahun 2020 tentang BKPM, lewat Perpres ini Presiden mengubah status BKPM menjadi lembaga di bawah pemerintah. Sebelumnya ada juga Perpres No. 7 tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha yang memberi kekuasaan penuh kepada BKPM untuk mengurus segala jenis perizinan usaha hingga membantu mengeksekusinya.

    Tentu Bahlil tak sempurna, figurnya juga ada kontroversi. Tak sedikit perkataan dan sikapnya peroleh kritik, kadang-kadang ia tak mampu mengerem apa yang ada dalam pikirannya saat itu juga.

    Selain media juga yang kadang hanya fokus pada kesalahan tersebut untuk peroleh klik bait, tentu sebagai seorang publik figur seperti Bahlil harus tetap berhati-hati dengan segala tindak tanduknya.

    Setiap perkataannya akan menjadi fatwa dan setiap perbuatannya akan menjadi teladan bagi seluruh rakyat Indonesia. Termasuk keberpihakannya pada ummat dan bangsa yang secara konsisten ia tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Bahlil dikenal sebagai seorang abang yang mau menolong. Ia tak sekedal loyal, juga sekaligus royal apalagi soal perkaderan dan pendidikan. Meski kadang butuh diingatkan berkali-kali jika ia berjanji, tentu saja bukan karena ia ingkar tapi karena bebannya kian hari kian bertambah.

    Kami adik-adiknya di HMI, HIPMI, dan organisasi kepemudaan lain akan selalu mendoakan dan mendukung, agar ia mampu melaksanakan amanah dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya. Selamat bekerja dan selalu berpihak kepada ummat dan bangsa, Pak Menteri!

    drg. Arief Rosyid/Direktur Eksekutif Merial Institute

    Subjects:

    Kolom
  • No Comment to " Konglomerat, Pemerintah, dan Keberpihakan "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com