KORANRIAU.co- Isu reshuffle kabinet Indonesia Maju mencuat setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu dengan buzzer di Istana Bogor. Untuk pertama kalinya, isu ini muncul dari pendukung Jokowi, Dede Budhyarto mencuit di Twitter, Jumat, 21 Februari 2020 tentang isu reshuffle bagi menteri yang dianggap tak mampu kerja.
"Pengen cerita hasil pertemuan dengan Presiden @jokowi. Eh pulang dari Istana Bogor malah sakit. Intinya bakal ada resafel tunggu saja yah. Menteri yang kinerjanya ndak bagus klen bakalan dicukupkan," tulis Dede.
Keakraban Jokowi dengan para buzzer sampai-sampai membicarakan masalah politik tersebut mendapat ragam tanggapan, khususnya dari partai pendukung Jokowi. Ada yang mengkritik ada juga yang tidak mempersoalkannya.
Kritikan datang dari politikus PDI Perjuangan Aria Bima. Dia mengkritik Presiden Jokowi yang bicara soal reshuffle kabinet dengan buzzer. Menurut Aria, pembahasan reshuffle kabinet seharusnya dilakukan dengan orang yang lebih berkompeten.
"Jadi siapa, kapan direshuffle selayaknya masalah yang sepenting dan sestrategis itu jangan dibicarakan dengan kelompok atau orang yang tidak kompeten," ujar Bima di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/2).
Bima menyarankan Jokowi bicara dengan pakar atau partai politik yang memang mengerti kenegaraan. Namun, Bima mengatakan, reshuffle memang menjadi kewenangan Jokowi.
Kemudian Bima menilai, jika isu reshuffle bikin gaduh akan merembet dengan isu spekulasi politik. Dia khawatir, reshuffle yang seharusnya memperbaiki kinerja kabinet bakal terkikis karena kegaduhan.
"Jadi menurut saya jangan sampai presiden sendiri memancing adanya kegaduhan-kegaduhan politik dan spekulasi politik dengan menyampaikan isu-isu tentang reshuffle. Dan saya berharap presiden tetap memprioritaskan aspek kompetensi dari SDM yang ada," kata dia.
Sedangkan Partai Golkar yang juga tergabung dalam pendukung pemerintah mengaku tidak kecewa setelah Presiden Jokowi mengajak para buzzer untuk berbicang terkait kinerja para menteri.
"Tidak ada, tidak kecewa dan tidak ada," Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di Kantor Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (25/2).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengaku tidak ada masalah melihat Jokowi undang buzzer ke Istana. Dia duga, Jokowi memang punya cara sendiri berdiskusi dengan para buzzer.
"Tidak tahu, itu cara presiden barangkali," ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/2).
Muzani menilai, reshuffle kabinet masih terlalu dini. Para menteri, kata dia baru lima bulan bekerja. "Terlalu dini bagi saya berbicara reshuffle untuk jabatan yang harusnya lima tahun belum sampai enam bulan mungkin setelah satu tahun saya kira," ujarnya.
Dia sendiri tidak masalah jika memang bakal ada reshuffle kabinet. Karena, itu merupakan hak prerogatif presiden. "Tapi ini hak prerogatif presiden," kata Wakil Ketua MPR itu.
Setelah rama isu reshuffle, Presiden Jokowi malah menanggapi santai terkait kabar kabar tersebut. Wacana tersebut berawal dari salah satu buzzer pendukung Jokowi, usai bertemu di Istana Bogor, Jawa Barat.
"Sampai detik ini saya dan Pak Wapres belum berpikir ke sana," kata Jokowi yang berada di sebelah Wakil Presiden Ma'ruf Amin di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (26/2).merdeka/nor
No Comment to " Potret Keakraban Jokowi dengan Buzzer, Dikritik PDIP, Dibela Gerindra "