KORANRIAU.co-Tahun 1999. Pemilik Koran Memorandum, Jawa Timur. almarhum Pak Agi H Ali memanggil saya ke ruangan beliau. Katanya, "Adhi kamu pergi ke Jakarta. Wawancara bbrp orang. Salah satunya ketua Partai Kebangkitan Umat'PKU, SOLAHUDDIN WAHID,"
Tentu saya yang saat itu masih wartawan baru, dengan semangat 45 bekerja dan mengejar berita ke Jakarta. Alhamdulillah. Tidak sulit menghubungi beliau dan bertemu di kantor PKU di daerah sekitar Tebet. Itulah perjumpaan pertama kali saya dengan beliau. Bahkan, pengaruh dan perhatian Gus Solah ternyata begitu banyakkmemberikan pengaruh di kehidupan saya, hinga 20 tahunan kemudian.
Perjumpaan intensif saya dengan beliau makin intensif setelah saya sudah pindah ke jakarta.(2001-2004). Kami sering bertukar pikiran dan yang luar biasanya, beliau memperlakukan dirinya bukan sebagai Kiai atau anak tokoh besar.Kyai besar dengan muridnya. Tetapi sebagai kolega yang lebih muda.
Meski begitu hanya dengan beliau saya mau cium tangan. Bukan karena budaya NU tapi rasa hormat dan ketulusan beliau yang luar biasa: saya cuma mau cium tangan pada orang yang saya hormati sebagai orang tua.
Ya, jujur saja selama berinteraksi dengan beliau sepanjang masa itulah, saya belajar dari beliau tentang apa itu sikap Islam moderat. "Mas Adhi ukhuwah Islamiyah begitu beliau pernah bilang ke saya) adalah ukhuwah antar anak bangsa tidak bisa terwujud dengan baik jika ukhuwah antar ummat Islam tidak terwujud dengn baik."
Dan setahu saya beliau sangat dekat dengan Ketua Umim FPI,Habib Rizieq,teman-teman dari kelompok Islam lainnya, bahkan juga dengan kelompok syiah. Meski punya kedekatakan, dalam dialog beliau sering memberikan catatan kritis kepada mereka.
Gus Splah mungkin Ketua PBNU yang paling sering berkunjung ke PP muhammadiyah, baik informal maupun formal. Beliau juga sering sekali saling mengunjungi dgn teman-teman Kristen atau kelompok agama lainnya.
Secara pribadi hubungan saya dengan beliau sudah seperti orang tua kedua saya. Beliau pernah ikut menikahkan saya dan setiap masalah hidup yang saya hadapi, saya sering minta saran dan wejangan kepada beliau.
Ada catatan menarik yang tidak terlupakan buat saya, saat intensif membangun silaturahim ke pesantren pesantren ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di suatu daerah --kalau tidak salah di daerah Madiun -- pada tahun 2003.
Nah, karena asyik silaturahim ke sebuah pesantren kami menjadi kemalaman di perjalanan. Maka, terpaksa dadakan pesan kamar di sebuah hotel. Mujurnya, Hotel itu penuh karena cuma tersisa dua kamar.
Akhirnya rombongan yang berjumlah 10 orang 'kruntelan' tidur di dua kamar tersebut. Masalah berikutnya, tidak ada yang berani satu tempat tidur dengan Gus Sholah. Padahal beliau telah mempersilakan kepada siapa saja boleh tidur di samping beliau.
Akhirnya teman-teman NU yang ikut dalam rombongan sepakat paksa saya tidur bersama beliau. Dan, Alhamdulillah saya tdk bisa tidur semalaman. Mengapa karena sungkan!
Dan perjumpaan terakhir saya terjadi dua bulan silam. Kala itu, saya 'sowan' ke rumah beliau. Di sana kami membahas organisasi sosial yang kami dirikan. Saat itu seorang teman, SJ Arifin, minta beliau menjadi ketua dewan pembina. Gus Sholah meski terlihat capai beliau masih semangat dan langsung menyatakan bersedia.
Kini, 'Sugeng Tindak Gus Sholah'. Maturnuwun sanget atas ilmu dan katakata bijaknya selama ini untuk saya. Mohon dimaafkan segala khilaf saya. Saya bersaksi panjenengan adalah orang baik. Pemimpin Ummat.Negarawan..
Shubuh tadi pagi saya baru dengar beliau berpulang,meski tadi malam mas Nasihin Masha (Mantan Pimred Republika) mengajak saya menjenguk beliau. Tapi ajakan menjenguk beliau itu saya batalkan karena saya demam dan batuk-pilek.'Lahul Al Fatihah' untuk panjenengan Gus....!
Oleh: Adhi Ferdaya, Wartawan Senior
No Comment to " Belajar Ukhuwah Kebangsaan dan Islamiyah Pada Gus Solah "