KORANRIAU.co-Saat ini publik dunia heboh akibat merebaknya virus Corona. Berbagai negara mulai menyeleksi warga negara yang datang ke negaranya, terutama yang datang daerah daerah pusat wabah itu, yakni Wuhan di Cina. Mereka pasang pemindai suhu tubuh di setiap pintu masuk kedatangan orang seperti Bandara hingga pelanuhan laut.
Lalu sekarang ini kaum di benak Muslim Indonesia terbersit pertanyaan bagaimana tuntutan ajaran Islam mengatasi soal meluasnya wabah penyakit, seperti kali dengan dengan berjangkitnya virus Corona yang mengancam organ pernapasan manusia.
Atas soal ini Republika beberapa hari lalu sudah menuliskannya. Di sana dituliskan mengenai soal cara Rasullah Saw mengatasi soal wabah penyakit. Saat itu, yakni sekitar 1200 tahun lalu belum mengenal virus Corona. Saat itu manusia dijagat raya ini baru mengenal virus pes dan lepra. Tak hanya itu dua wabah ini kerapkali dianggap sebagai kutukan Tuhan. Novel 'Gone With The Wind' yang merupakan karya besar yang mengisahkan situasi melausnya wabah lepra di Eropa yang membuat manusia rontok dan layu satu demi satu.
Berbeda dengan lepra, penyakit ini memang tidak begitu meluas di Indonesia. Ini berbeda dengan penyakit pes yang disebabkan oleh air kencing dan kotoran tikus. Masyarakat di Jawa sudah dari dahulu akrab dengan penyakit ini. Bahkan kakek dari mendiang Presiden BJ Habibie yang merupakan salah satu dokter pertama di Indonesia, pekerjaan pertamanya adalah mengurusi wabah penyakit pes yang meluas di Semarang.
Selain pes, ratusan tahun silam, masyarakat Indonesia juga mengenal penyakit kolera. Penyakit yang berasal dari buruknya sanitasi lingkungan dan makanan juga begitu meluas dan merengut banyak nyawa manusia. Pada tahun-tahun menjelang perang Jawa (Perang Diponegoro yang berlangsung pada 1825-1830) wabah kolera meluas di Jawa. Masyarakat yang miskin dan papa hidupnya banyak yang hancur total karena penyakit ini.
Nah, kembali kepada cara Rasullah mengatasi meluasnya wabah penyakit, kala itu dilakukuan dengan melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain. Sedangkan masyarakat yang ada di wilayah terdampak di larang ke luar dari wilayahnya itu,
Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Ini merupakan metode karantina yang telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain. Bahkan untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan.
Peringatan kehati-hatian pada penyakit lepra juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad SAW. Rasulullah menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra. Dari hadis Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa."
Di masa ke Khalifah Umar bin Khattab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Khalifah Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya.
Umar pun meminta pendapat kaum muhajirin dan kaum Anshar untuk memilih melanjutkan perjalanan atau kembali ke Madinah. Sebagian dari mereka berpendapat untuk tetap melanjutkan perjalanan dan sebagian lagi berpendapat untuk membatalkan perjalanan.
Umar pun kemudian meminta pendapat sesepuh Quraisy. Yang kemudian menyarankan agar Kholifah tidak melanjutkan perjalanan menuju kota yang sedang diserang wabah penyakit.
"Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu," ujar sesepuh Quraisy sebagaimana dikutip dalam buku Pesona Akhlak Nabi, (Ahmad Rofi' Usmani, 2015).
Namun di antara rombongan, Abu Ubaidah bin Jarrah masih menyangsikan keputusan Khalifah. "Kenapa engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?" ujarnya.
Umar pun menjawab, bahwa apa yang dilakukannya bukanlah melarikan diri dari ketentuan Allah melainkan untuk menuju ketentuan-Nya yang lain.
Keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan pun semakin yakin saat mendapatkan informasi dari Abdurrahman bin Auf. Bahwa suatu ketika Rasulullah melarang seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang terkena wabah penyakit. Begitupun masyarakat yang terkena wabah tersebut untuk tidak meninggalkan atau keluar dari wilayahnya. Ini merupakan cara mengisolasi agar wabah penyakit tersebut tidak menular ke daerah lain.
Negeri Syam kala itu sekitar tahun 18 Hijriyyah, diterjang wabah qu'ash. Wabah tersebut menelan korban jiwa sebanyak 25 ribu kaum muslimin.
Di antara sahabat Nabi Muhammad saw yang meninggal akibat wabah qu'ash adalah Mu'adz ibn Jabbal, Abu Ubaidah, Syarhbil ibn Hasanah, Al-Fadl ibn Al-Abbas ibn Abdul Muthallib.republika/nor
Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
No Comment to " Islam, Wabah Corona, Hingga Fatwa Haram Haji Hasyim Asy'ari "