• Kapolda Riau: Jangan Ada Lagi Sebutan Sekolah Marjinal

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Jumat, 01 November 2019
    A- A+

    KORANRIAU.co,PEKANBARU- Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, meminta agar tidak ada lagi penyebutan sekolah marjinal. Ia memilih mengganti dengan sebutan sekolah harapan. Sebab, marjinal memiliki makna terpinggirkan.

    "Alangkah baiknya istilah tersebut diganti dengan menyebut Sekolah Harapan. Tidak hanya harapan desa dan adik-adik, namun juga harapan Indonesia," kata Kapolda, Jumat (1/11/19).

    Hal itu disampaikan Agung setelah mengunjungi murid-murid kelas jauh di SDN 10 Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (31/10/2019) petang.

    Agung secara khusus datang dari Pekanbaru yang berjarak ratusan kilometer hanya untuk mengunjungi dan menyempatkan diri menjadi guru matematika bagi puluhan anak-anak harapan bangsa yang tinggal di bawah kaki deretan Bukit Barisan, Dusun Sialang Harapan.

    "Saya mengajar mata pelajaran matematika bilangan baris kepada anak-anak kita yang cerdas, dan pintar-pintar tersebut. Mereka semangat dan pandai matematika. Ini modal guna memperoleh ilmu lebih tinggi dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari," ungkap jenderal bintang dua itu.

    Lulusan Akpol 1988 ini memberikan kesempatan kepada seorang bocah berpakaian batik dengan dipadukan celana merah panjang bernama Afrizal, untuk memakai topi dengan bintang dua di atasnya serta tongkat komando miliknya.

    "Saya ingin jadi seperti Bapak, ingin jadi polisi, jika saya besar nanti. Itu cita-cita saya Pak," kata Afrizal disambut dengan suara tawa dan tepuk tangan saat mendengarkan suara bocah lugu itu.

    Agung kemudian menjawab. "Suatu hari semoga bisa menggantikan Kapolda," harap Agung.

    Agung bahagia menjadi guru matematika sesaat di SDN 10. Ia bangga berada di tengah-tengah anak-anak cerdas tersebut. Namun, ia lebih bangga lagi saat mengetahui ternyata pembangunan kelas di sekolah dasar tersebut ada peran besar polisi lalulintas Polda Riau bernama Bripka Ralon Manurung.

    SDN 010 Desa Batu Sasak semula merupakan sekolah cabang tahun 2006. Bangunan sekolah ketika itu apa adanya, dan jauh dari pikiran banyak orang yang serba wah. Orang-orang menyebutnya Sekolah Marjinal.

    Awalnya, bangunan kelas terbuat dari kayu, termakan usia akhirnya menjadi lapuk dengan kondisi memprihatikan. Walau demikian, anak-anak Dusun Sialang Harapan tetap bersemangat belajar di bawah bangunan tersebut.

    Bagi murid-murid ingin bersekolah di sekolah induk, SDN 010, mereka harus berjalan kaki membelah hutan serta menyeberangi sungai. Jika air sungai naik, anak-anak tersebut tak bisa bersekolah.

    Dengan kondisi tersebut, warga desa bernama Riko, kebetulan teman kuliah istrinya, Maria Farida Naibaho, berkenalan secara tidak sengaja dengan Ralon.

    Kala itu, Ralon sedang bertugas di depan kantor Gubernur Riau, Jalan Sudirman, Pekanbaru. Waktu itu sida sedang mengatur lalulintas jalan, sekitar November 2017. Ia melihat sekelompok warga dimotori Riko sedang meminta bantuan pembangunan lokal sekolah marjinal tersebut.

    Dari sinilah cerita berawal, hingga tercetus di benak Ralon, ia harus mewujudkan keinginan anak-anak di Desa Batu Sasak untuk memperoleh ilmu dengan bersekolah. Bahkan emas perhiasan milik istrinya juga disumbangkannya saat mengetahui sekolah marjinal dibangun atas swadaya masyarakat masih mengalami kekurangan dana.

    Kondisi tersebut menggambarkan bagaimana Ralon kecil harus berjalan kaki belasan kilometer untuk bersekolah bersama-sama dengan anak-anak Suku Sakai di pelosok Kabupaten Siak, SDN 058 Kandis. Ralon tak mau, apa yang pernah ia alami menimpa anak-anak tersebut. Ia bertekad membantu membangun sekolah di Dusun Sialang Harapan secara permanen. Setelah dihitung-hitung, jumlah dana dibutuhkan Rp 14,5 juta.

    "Padahal, uang sumbangan baru terkumpul Rp 12,5 juta. Ada kekurangan Rp 2 juta. Saya ngomong dengan istri, bagaimana jika kita jual untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan. Istri setuju perhiasan emasnya dijual," kata Ralon.

    Agung Setya memberikan apresiasi dan terima kasih memuji apa yang dilakukan Bripka Rolan Manurung.

    "Ini adalah aksi natural dan nyata dari seorang Bintara kita membangun sekolah ini menggunakan uang tabungannya, Bripka Rolan Manurung. Ini merupakan sesuatu sangat luar biasa, inilah nilai kita untuk saling membantu ketika saudara kita kesusahan," kata Kapolda.

    Agung Setya berharap, apa yang dilakukan oleh Bripka Ralon Manurung ini ini dapat berdampak lebih luas kepada masyarakat di Riau.

    "Kami ingin melihat ke lapangan secara nyata, hal-hal apa yang ada. Kami ingin bekerja sama dengan guru dengan Dinas Pendidikan, dengan dinas-dinas lain bersama-sama membangun mewujudkan Indonesia Maju," pintanya.rls/nor

    Subjects:

    Student
  • No Comment to " Kapolda Riau: Jangan Ada Lagi Sebutan Sekolah Marjinal "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com