Aksinya tentu saja jadi sorotan. Nama Dina Tokio bukan sembarangan bagi komunitas hijab. Bahkan, Dina disebut sebagai pelopor pembuat konten 'tutorial hijab' di platform Youtube.
Sejak menjadi vlogger dengan banderol 'tutorial hijab', namanya kian melejit. Tak heran bila sosoknya digandrungi banyak hijabers dunia hingga menjadi seorang muse bagi komunitas hijab. Dina mempopulerkan gaya berhijab modern, stylish, dan fresh.
Penampilannya tanpa hijab semakin diperkuat dengan unggahan status instastory darinya. Dina mengatakan komunitas hijab seperti racun, dan ia tak tahan lagi dengan itu.
Keputusannya melepas hijab mengundang banyak kontra. Berbagai komentar negatif dan cibiran dari para pengikutnya terucap tajam. Bahkan Dina membuat sebuah video di Youtube khusus membaca cibiran dan sindiran yang menghujatnya.
Dalam video tersebut Dina seolah tak peduli dengan hujatan yang ditujukan dunia padanya. Namun apa kata Dina? Dia mengatakan dirinya baik-baik saja.
Lantas, apakah keputusan Dina untuk ‘taking off my hijab' mengartikan bahwa para hijabers modern akan melakukan hal serupa? Apa ini menjadi tren seperti 'tutorial hijab' yang populer berkat Dina?
Wah, sepertinya jangan dulu berpikir demikian. Tak hanya nama Dina Tokio yang membuat hijab menjadi senjata kuat di dunia hijabers. Sosok Mariah Idrissi tak bisa dipandang rendah.
Mariah merupakan model pertama yang menembus label global H&M. Namanya sudah melambung empat tahun silam. Mariah kian terkenal ketika bekerja untuk label Fenty Beauty milik penyanyi Rihanna.
Tak hanya itu, Mariah sangat diperhitungkan di dunia fesyen Inggris. Ia bahkan digandeng desainer muslim ternama berdarah Jepang, Hana Tajima. Berasal dari negara yang sama Dina, Mariah tak berpaling dari hijabnya.
Justru hijab Mariah yang membuat sosoknya disebut sebagai 'penoreh sejarah' pertama model berhijab internasional. Saat aliran modest fashion melambung, Mariah juga disebut sebagai 'The Symbol of Modest Fashion'.
Lalu, apa kata Mariah soal hijab yang kini dilirik industri fesyen dunia? Dengan lantang dia berkata pada Insider.com:
"Menjadi tantangan bagi saya untuk membuat dunia paham. Industri fesyen harus bekerja dengan perempuan muslim dan dari semua latar belakang. Pada awalnya mungkin hebat ketika banyak label mengeluarkan koleksi khusus Ramadhan atau Idul Fitri. Tapi perlu diketahui, kami tidak memakai jilbab hanya pada waktu tertentu. Kami menggunakannya sepanjang waktu,".
Soal pertanyaan, mana yang akan menjadi tren? Singkat saja, 'hijab' Dina bukanlah 'hijab' Mariah. Satu kata yang sama dengan makna yang berbeda bagi keduanya.Nora Azizah republika/nor
No Comment to " Hijabku Bukan Hijabmu "