FIB Unilak menghelat bedah buku karya Sastrawan Riau Griven. M YUSUF |
KORANRIAU.co, PEKANBARU - Salah satu buku kumpulan esai karya
Sastrawan Riau, Griven H Putera berjudul “Celana Tak Berpisak”
diperbincangkan secara luas oleh segenap sastrawan, penulis, penyair
dan mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak), Senin (25/2/2019)
di ruang seminar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak di Lantai Dua.
Sastrawan Riau, Griven H Putera yang merupakan sosok sastrawan
terkenal cerdas dan piawai dalam permainan kata-kata serta yang telah
banyak melahirkan karya-karya sastra.
Dalam acara Bedah buku Celana Tak Berpisak yang terdiri dari 598 + XII
itu, juga diisi dengan berbagai pergelaran musikalisasi puisi dan baca
syair mewarnai perbincangan, diantaranya, grup Kesara Unilak.
Bedah buku Celana Tak Berpisak ini menghadirkan pembicara Dr. Junaidi
M Hum, Syaukani Alkarim dan Griven sendiri yang dimoderatori Hang
Kafrawi serta turut hadir puluhan mahasiswa Unilak dari Fakultas Ilmu
Budaya.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Herman Rante, saat membuka kegiatan yang
ditaja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FIB, menyebutkan, berbagai
kegiatan sastra memang seharusnya sering dilakukan FIB sesuai dengan
jurusan.
''Tentu saya berharap agar kegiatan seperti Bedah Buku ini lebih
sering dilakukan di FIB, agar mahasiswa bertambah ilmunya, jam
terbangnya, dan pengalamannya,'' ujar Herman Rante.
Dr Junaidi, selaku pembedah pertama, buku CTB Griven, memaparkan,
bahwa buku ini berisi tentang perjuangan, keberanian orang Melayu
dalam membela negeri. Kesimpulannya ini diambil dari tafsir 'pisak'
atau 'pesak'.
''Ada makna yang lebih luas dalam judul makna tak berpisak ini.
Keberanian dan perjuangan. Selain itu membicarakan tentang
keresahan-keresahan tentang Riau. Sebagian juga berbau nasional atau
isu global. Ini respon dari orang yang kritis dengan isu terkini,
lalu ditulisnya, '' kata Junaidi.
Syaukani Alkarim, sastrawan Riau, memiliki cara bedah yang berbeda.
Syaukani lebih banyak menyampaikan petatah petitih kepada mahasiswa
yang hadir, karena mayoritas belum membaca buku tersebut.
Ia juga mengungkapkan, apa yang dilakukan Griven dengan karyanya itu,
menunjukkan bahwa Griven adalah contoh sastrawan yang giat menulis,
melahirkan buku di tengah hiruk pikuk medsos yang jauh dari kertas.
''Griven, dengan karyanya ini, membuktikan bahwa ia tetap dan terus
tunak membudayakan tulis menulis dan mengajak yang lainnya untuk
menulis. Inti buku ini adalah sorotan di berbagai bidang dan mengajak
kita agar memiliki penyangga yang baik agar lebih kuat, '' katanya.
Perbincangan dan diskusi berjalan hangat. Saling mengisi, jawab
menjawab. Kegiatan ini dihadiri berbagai sastrawan dan penyair.
Antara lain, Abel Tasman, Kunni Masrohanti, Jefry Al Malay dan
Bambang Kariyawan.
Penulis, Griven H Putra, 'dijegal' peserta untuk tidak bersuara di
awal perbincangan. Setelah diskusi berjalan leluasa, barulah
moderator kembali mempersilahkan Griven berbicara.
''Terimakasih kepada semua sahabat, sastrawan terkhusus FIB Unilak
yang menghelat bedah buku saya ini. Semoga apa yang saya rekam melalui
tulisan ini berarti bagi orang banyak dan bagi Riau kini dan di masa
akan dating,” katanya.
Lebih lanjut Griven menambahkan buku CTB ini sesungguhnya tentang
marwah pemimpin. Agar lahir pemimpin berpisak celananya (yang berani,
yang kuat, yang perkasa, yang punya harga diri) mesti menyiapkan
banyak hal, terutama ilmu, iman, seni dan amal.
“Dari pemimpin yang berpisak celananya tersebut akan melahirkan
sesuatu berarti bagi masyarakat di masanya dan masa-masa sesudahnya.
Yaitu pemimpin yang meninggalkan sejumlah karya yang hebat. Karya itu
dapat menjadi kenangan bagi anak cucu dan menjadi bekal menghadap
Tuhannya," ujar Griven. (M YUSUF)
Sastrawan Riau, Griven H Putera berjudul “Celana Tak Berpisak”
diperbincangkan secara luas oleh segenap sastrawan, penulis, penyair
dan mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak), Senin (25/2/2019)
di ruang seminar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak di Lantai Dua.
Sastrawan Riau, Griven H Putera yang merupakan sosok sastrawan
terkenal cerdas dan piawai dalam permainan kata-kata serta yang telah
banyak melahirkan karya-karya sastra.
Dalam acara Bedah buku Celana Tak Berpisak yang terdiri dari 598 + XII
itu, juga diisi dengan berbagai pergelaran musikalisasi puisi dan baca
syair mewarnai perbincangan, diantaranya, grup Kesara Unilak.
Bedah buku Celana Tak Berpisak ini menghadirkan pembicara Dr. Junaidi
M Hum, Syaukani Alkarim dan Griven sendiri yang dimoderatori Hang
Kafrawi serta turut hadir puluhan mahasiswa Unilak dari Fakultas Ilmu
Budaya.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Herman Rante, saat membuka kegiatan yang
ditaja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FIB, menyebutkan, berbagai
kegiatan sastra memang seharusnya sering dilakukan FIB sesuai dengan
jurusan.
''Tentu saya berharap agar kegiatan seperti Bedah Buku ini lebih
sering dilakukan di FIB, agar mahasiswa bertambah ilmunya, jam
terbangnya, dan pengalamannya,'' ujar Herman Rante.
Dr Junaidi, selaku pembedah pertama, buku CTB Griven, memaparkan,
bahwa buku ini berisi tentang perjuangan, keberanian orang Melayu
dalam membela negeri. Kesimpulannya ini diambil dari tafsir 'pisak'
atau 'pesak'.
''Ada makna yang lebih luas dalam judul makna tak berpisak ini.
Keberanian dan perjuangan. Selain itu membicarakan tentang
keresahan-keresahan tentang Riau. Sebagian juga berbau nasional atau
isu global. Ini respon dari orang yang kritis dengan isu terkini,
lalu ditulisnya, '' kata Junaidi.
Syaukani Alkarim, sastrawan Riau, memiliki cara bedah yang berbeda.
Syaukani lebih banyak menyampaikan petatah petitih kepada mahasiswa
yang hadir, karena mayoritas belum membaca buku tersebut.
Ia juga mengungkapkan, apa yang dilakukan Griven dengan karyanya itu,
menunjukkan bahwa Griven adalah contoh sastrawan yang giat menulis,
melahirkan buku di tengah hiruk pikuk medsos yang jauh dari kertas.
''Griven, dengan karyanya ini, membuktikan bahwa ia tetap dan terus
tunak membudayakan tulis menulis dan mengajak yang lainnya untuk
menulis. Inti buku ini adalah sorotan di berbagai bidang dan mengajak
kita agar memiliki penyangga yang baik agar lebih kuat, '' katanya.
Perbincangan dan diskusi berjalan hangat. Saling mengisi, jawab
menjawab. Kegiatan ini dihadiri berbagai sastrawan dan penyair.
Antara lain, Abel Tasman, Kunni Masrohanti, Jefry Al Malay dan
Bambang Kariyawan.
Penulis, Griven H Putra, 'dijegal' peserta untuk tidak bersuara di
awal perbincangan. Setelah diskusi berjalan leluasa, barulah
moderator kembali mempersilahkan Griven berbicara.
''Terimakasih kepada semua sahabat, sastrawan terkhusus FIB Unilak
yang menghelat bedah buku saya ini. Semoga apa yang saya rekam melalui
tulisan ini berarti bagi orang banyak dan bagi Riau kini dan di masa
akan dating,” katanya.
Lebih lanjut Griven menambahkan buku CTB ini sesungguhnya tentang
marwah pemimpin. Agar lahir pemimpin berpisak celananya (yang berani,
yang kuat, yang perkasa, yang punya harga diri) mesti menyiapkan
banyak hal, terutama ilmu, iman, seni dan amal.
“Dari pemimpin yang berpisak celananya tersebut akan melahirkan
sesuatu berarti bagi masyarakat di masanya dan masa-masa sesudahnya.
Yaitu pemimpin yang meninggalkan sejumlah karya yang hebat. Karya itu
dapat menjadi kenangan bagi anak cucu dan menjadi bekal menghadap
Tuhannya," ujar Griven. (M YUSUF)
No Comment to " Buku "Celana Tak Berpisak” Dikupas Tuntas di Unilak "