KORAN RIAU.co, PEKANBARU - Sastra Riau selalu menggairahkan,
bukan saja generasi, tetapi juga produk yang dihasilkan. Kemunculannya di
tingkat nasional tidak diragukan lagi dan menjadi sesuatu yang wajar.
Demikian antara lain benang hijau dari acara Bunatin Kita
Bedah di Panggung Toktan sepanjang Sabtu akhir pekan lalu. Hadir sastrawan dari
berbagai daerah seperti Jakarta, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jatim, dan Riau
sendiri. Malahan sejumlah oarng datang dari Malaysia.
Acara berupa pembicaraan buku puisi karya Dheni Kurnia
bertajuk “Bunatin, Romantisme Sajak Mantra Talang Mamak” yang merupakan buku
terbaik dalam Hari Puisi Indonesia (HPI) 2018 yang berpuncak di Jakarta akhir
Desember lalu. Ini dilanjutkan dengan pembacaan puisi berbagai penyar bahkan peragaan pakaian batik Seroja.
Dilaksanakan pula pameran lukisan Dantje S Moeis.
Sastrawan asal Sumatera Barat yang juga dikenal sebagai
Presiden Ziarah Kesenian (ZK) Indonesia, Syarifudin Arifin mengatakan,
sastrawan Riau selalu muncul di tingkat nasional secara mengejutkan. “Dia lagi
dia lagi (maksudnya, Riau, Red.). Tapi itu suatu kenyataan yang tidak terbantahkan
bahwa Riau memberikan kontribusi besara bagi pencapaian puisi Indonesia ,”
katanya.
Terbaru adalah kehadiran Dheni Kurnia dalam kancah sastra
khusunya kepenyairan. Ia yang kelihatan muncul dalam beberapa tahun terakhir,
ternyata memberikan kontribusi dalam perpuisi Indonesia secara meyakinkan.
Mantra yang disebut orang selesai di tangah Soetardji Calzoum Bachri yang juga
mengusung nama Riau, dihidupkan Dheni dengan pendekatan lain.
Taufik ikram Jamil yang tampil sebagai pembedah buku sajak
karya Dheni itu mengatakan, ada beberapa kelebihan buku kumpulan sajak
tersebut. Di antaranya adalah pola bagaimana sastrawan Riau berusaha membuat
sesuatu yang baru dari pendahulunya, sehingga senantiasa muncul dialektika
kreatif.
Hal itu bahkan terjadi sejak lama, misalnya antara Raja Ali
Haji dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Ini terlihat dari keberadaan
Gurindam yang tidak dirambah penyair sebelumnya. Mantra yang terkesan sebagai
sesuatu yang menyeramkan, di tangan Dheni menjadi begitu manis yang sebenarnya
juga tersimpan dalam khazanah Melayu Riau seperti mantra mengambil madu.
Tokoh seni Malaysia,
Dinsman mengatakan, amat tertarik dengan suasana diskusi yang dilakukan di
Tokjtan karena dinamis. “Hal semacam ini tidak kami jumpai di negeri kami,”
katanya.
Presiden ZK Malaysia, Yassin Saleh mengatakan, amat gembira
dengan acara yang sudah berlangsung. “Keakraban amat terjalin, bukan hanya
bertukar karya saja. Ini harus diopertahankan untuk masa hadapan,” kata sineas
handal Malaysia ini. (TIJ)
No Comment to " Sastra Riau Selalu Menggairahkan "