• Bencana Informasi itu bernama Hoaks

    E d i t o r: redkoranriaudotco
    Published: Rabu, 21 November 2018
    A- A+

    Rasid Ahmad ( Foto: dok. pribadi)
    KORANRIAU.co - Di era banjir konten yang dihadapi netizen akhir akhir ini membuat kita sadar bahwa gerakan literasi perlu digalakkan sebagai upaya menangkal informasi hoaks yang bertebaran disegala media sosial mulai dari grup whatsapp, twitter, instagram dan segala flatform media sosial yang digunakan.

    harus diakui nitizen saat ini tidak lagi mengandalkan informasi dari pewarta baik itu dari stasiun televisi, media massa baik itu cetak maupun elektronik.

    turunnya budaya masyarakat akan pilah memilih informasi apa yang layak dibagikan penyebab informasi hoaks tumbuh subur didunia maya. banjirnya informasi diera modren ini mau tidak mau suka tidak suka masyarakat mesti hati - hati menerima informasi yang beredar dijagat media sosial.

    setiap detik, menit bahkan jam masyarakat memang melihat informasi itu melalui smartphone dengan menggerakkan ujung jari sehingga apapun informasi apapun bisa diperiksa dan dicek tanpa memahami makna dari sebuah informasi yang ada apakah benar atau tidak.

    informasi yang beredar di media sosial whatsApp seperti kita contohkan pada kasus penghakiman massa, penculikan anak, bisnis tipu menipu tentu mengejutkan masyarakat selaku pengguna whatsApp apakah informasi benar atu tidak. tentu dibutuhkan analisa yang tajam dan pentingnya saring sebelum sharing.

    dilansir dari remotivi.or.id,  kalau di India pemerintahnya menekan WhatsApp untuk melakukan pertanggungjawaban. Pemerintah India bahkan mendesak WhatsApp untuk membuka akses pemerintah untuk memantau isi perbincangan masyarakat untuk melacak alur persebaran berita palsu.
    Solusi tersebut tentu sangat bermasalah.

    WhatsApp menolak tuntutan pemerintah tersebut, dan menyatakan bahwa mereka berniat untuk berfokus pada pendidikan literasi pengguna.  Mereka iklan satu halaman penuh di Koran-koran India, yang berisi panduan mengidentifikasi hoaks dan berita palsu, serta membuka hibah penelitian bagi akademisi yang ingin mempelajari isu misinformasi.
    Selain itu, WhatsApp juga menyadari permasahan distingsi antara “penyebar berita” dan “sumber berita”. Salah satu upaya mereka adalah dengan melabeli pesan yang di-forward. Mungkin fitur ini tampak sederhana, namun ia adalah sebuah ikhtiar untuk membantu pengguna memilah antara pesan personal dan pesan viral.

    upaya WhatsApp yang dilakukan di India ini telah tepat, namun hasil konkrit belum tampak ditengah - tengah masyarakat. hal ini juga bertemu dengan situasi media berbasis online yang berkembang lumayan banyak ditengah-tengah masyarakat kita hari ini.

    Pengguna internet di negara berkembang tentu merupakan pasar yang seksi untuk mereka berdayagunakan. Namun kasus-kasus di India, Indonesia, dan Brazil menunjukkan bahwa pemakaian teknologi berbasis internet dalam masyarakat dengan tingkat literasi rendah juga rawan bencana informasi yang mengelilingi pikiran masyarakat itu sendiri.

    saya kira budaya pendidikan literasi merupakan bagian dari upaya menjawab menjamurya hoaks yang beredar dimedia sosial. lebih bijak saring sebelum sharing sebelum menyebarkan informasi.

    lawan hoaks!!!

    Rasid Ahmad
    Penulis merupakan Wartawan Koranriau.co

    Subjects:

    Kolom
  • No Comment to " Bencana Informasi itu bernama Hoaks "

INFO PEMASANGAN IKLAN HUB 0812 6670 0070 / 0811 7673 35, Email:koranriau.iklan@gmail.com