KoranRiau.co, Pekanbaru -- Meski matanya tak lagi mampu melihat pengumuman yang dipampang di depannya, namun suara yang menyebut nama anaknya lolos sebagai anggota Bintara kepolisian itu, hingga kini masih terngiang di telinga Syambasri (51).
Syam, tukang pijat tuna netra di Pekanbaru ini tak henti-hentinya mengucap rasa syukur kepada Allah SWT ketika nama sang anak Muhammad Abdul Dannil (20), dibacakan sebagai salah satu dari 170 orang Siswa Calon Bintara Polri yang dinyatakan lulus saat pengumuman di Balai Serindit, Gedung Daerah, Jumat (3/8/18) siang pekan semalam.
"Alhamdulillah, tak menyangka sama sekali. Saya diajaknya (anak) untuk melihat pengumuman waktu itu," ungkap Syam kepada Koran Riau, Senin (6/8).
Kelulusan Dannil menjadi harapan mengangkat kehormatan keluarganya. Dannil, adalah anaknya yang ke 4 dari 6 bersaudara. Ia lulusan SMKN 2 Pekanbaru Jurusan Teknik Jaringan Tenaga Listrik.
Syam berharap, anaknya dapat bertanggung jawab atas tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Dia juga siap dinomorduakan oleh sang anak yang kini telah sah menjadi abdi negara tersebut.
"Saya berharap Dannil berguna bagi masyarakat," katanya.
Selama ini, Dannil dibesarkan oleh sang ayah dengan penghasilan sebagai tukang pijat tuna netra dari rumah ke rumah sesuai panggilan orang. Rumahnya sederhana di Jalan Todak Ujung Gang Paris Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.
Syam tetap bersyukur meski penglihatannya mulai lumpuh sejak masih kecil. Profesi tukang pijat pun sudah dilakoninya sejak masih lajang. Dari penghasilan memijat itulah Syam menghidupi keluarganya. "Sebelum menikah saya sudah memijat," katanya.
Syam mengungkapkan sejak awal dia merasakan tekad kuat Dannil. Kelulusan ini, adalah keikutsertaan Dannil kedua kali untuk menjadi Calon Bhayangkara. "Tes pertama tahun lalu gagal, dan yang kedua ini Alhamdulillah berhasil," katanya.
Kegagalan tes pertama tak membuat Dannil berhenti berjuang. Dia kembali mencoba untuk mengabdikan diri ke negara dengan modal badan yang sehat dan doa orang tuanya.
Namun sayang, meski lulus, di tes kali ini, Dannil ditinggal pergi ibunya, Yulianti, yang meninggal dunia akibat sakit. Peristiwa memilukan itu terjadi saat awal tes kedua ini.
"Saat Dannil mau tes yang kedua itu, istri saya meninggal. Sayang sekali ibunya tak ada lagi saat dia lulus," kenang Syam.
Kabar kelulusan ini menjadikan suasana haru biru di keluarga Syam. Padahal, anaknya itu akan bersaing dengan sekitar 2.000 orang lebih peserta Casis.
Pada Selasa 7 Agustus 2018 ini bakal menjadi hari bersejarah bagi Dannil dan rekan-rekannya secara resmi dilantik dengan berseragam sebagai Siswa Bintara Polisi. Biasanya, di dekat lokasi acara para orang tua siswa selalu hadir melihat anak-anak mereka. Namun bagi Syam, si pemijat tuna netra, hanya rasa bangga yang bisa ia miliki.
"Rasanya pingin melihat dia berseragam, tapi apa boleh buat. Saya tak bisa lagi (melihat). Saya usahakan besok hadir memberi dukungan untuk dia," pungkas Syam.
Dihubungi terpisah, Kepala Biro Sumber Daya Manusia (Karo SDM) Polda Riau Komisaris Besar Polisi Beni Soebandi mengatakan, ada 2.300 orang peserta yang mendaftar di rekrutmen anggota kepolisian di Polda Riau tahun ini. (AS)
No Comment to " Anak Tukang Pijat Tuna Netra Lolos Masuk Polisi di Riau "